REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan rupiah terhadap dolar AS berpotensi menimbulkan imported inflation atau inflasi akibat kenaikan harga barang impor. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution tidak menampik kemungkinan itu. Kendati demikian, ia meyakini hal itu tidak akan berdampak signifikan pada inflasi secara keseluruhan.
"Lebih kurang akan ada, tapi jangan pernah membayangkan imported inflation itu besar," ujar Darmin di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Selasa (22/5).
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah berada pada level Rp 14.192 per dolar AS. Sejak awal tahun hingga saat ini, rupiah tercatat terdepresiasi sebesar 4,7 persen.
Darmin menjelaskan, tidak semua barang ikut terdampak depresiasi rupiah. "Ada banyak barang yang diukur jadi ya bukan lagi 4 persen (dampaknya). Itu mesti di bawah itu. Tapi lebih baik kita tunggu daripada menebak-nebak," ujarnya.
Darmin juga mengakui, impor dalam kurun waktu empat bulan terakhir cukup tinggi. Berdasarkan data BPS, total impor Indonesia dari Januari hingga April 2018 mencapai 60,05 miliar dolar AS atau meningkat 23,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal itu kemudian membuat neraca dagang Indonesia kembali defisit. Tercatat, neraca dagang Januari hingga April 2018 mengalami defisit sebesar 1,31 miliar dolar AS.
Meski begitu, Darmin meyakini impor yang dilakukan akan berdampak positif pada perekonomian. Hal ini karena sekitar 90 persen total impor adalah untuk barang modal dan bahan baku.
"Walaupun itu impor yang tinggi membuat neraca perdagangan maupun neraca pembayarannya menjadi defisit, tetapi di pihak lain kita bisa berharap bahwa dampaknya ke pertumbuhan sebenarnya mestinya baik," ujar Darmin.
Terkait dengan hal itu, Darmin mengaku akan berupaya mendorong ekspor ketimbang menghambat impor. Salah satu kiat pemerintah, ujarnya, adalah dengan memperluas destinasi ekspor nontradisional seperti ke Asia selatan dan Afrika.
"Sehingga yang betul bukan impornya yang dihambat tapi ekspornya yang didorong," kata Darmin.