REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: H. Khumaini Rosadi, SQ, M.Pd.I )*
Kalau mau lancar rejeki jangan lupa shalat. Kalau mau enak hidup jangan ninggalin shalat. Kalau mau enteng jodoh juga banyakin shalat. Itu pesan para orangtua dulu dengan gaya bahasa yang sederhana, singkat, namun padat makna.
Shalat merupakan tiang agama, jika didirikan akan kokoh agamanya, jika ditinggalkan maka akan roboh. Demikian bunyi hadits nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim.
Apalagi jelas dalam surat al-ma’un ayat 4-5 disebutkan bahwa pendusta agama adalah orang Islam sendiri. Mengaku agamanya Islam, tapi shalatnya dilalaikan. Bukan hanya sekedar dilalaikan, tetapi shalatnya malah ditinggalkan. Na’udzubillahi min dzalik.
Buruh Migran Indonesia (BMI) tengah melaksanakan shalat/Dok Pribadi
Pada kemarin, Selasa (29/5), saya dan teman-teman (Zulfirman dan Eva Muzlipah - Dai Ambassador Hong Kong 2018) ditemani oleh General Manajer DDHK Mohammad Ilham, melakukan perjalanan ziarah masjid-masjid di Hong Kong. Setelah mengunjungi tiga masjid: Chai Wan, Jamia di Central, dan masjid Ibrahim di Yau Ma Tei.
Diakhir destinasi kami mengunjungi The Peak–Puncak tertinggi di Hong Kong. Banyak turis-turis mancanegara dan domestik mendatangi tempat ini untuk mengambil gambar view gedung-gedung pencakar langit dikelilingi laut yang indah dari ketinggian. Semakin terlihat jelas keindahan kota Hong Kong dan sekitarnya dari puncak The Peak ini jika memotretnya di siang hari.
Untuk sampai ke sini, dari Admiralty naik bus bernomor 15 jurusan Central – The Peak. Tetapi harus sabar menunggu bus ini, karena datangnya lama sekali. Kami menunggu sampai 40 menit. Sehingga kami maghrib-an di bus, karena memang perjalanan tersendat, macet bertepatan dengan jam pulang kerja, spare air berbuka puasa pun terpakai juga. Untung saja kami sudah membeli air sebagai bekal untuk berbuka puasa, jika terjadi hal-hal tidak diinginkan seperti ini.
saya dan teman-teman (Zulfirman dan Eva Muzlipah - Dai Ambassador Hong Kong 2018) ditemani oleh General Manajer DDHK Mohammad Ilham, melakukan perjalanan ziarah masjid-masjid di Hong Kong/Dok Pribadi
Kami berempat. Dengan susah payah dan lelah seharian keliling ziarah masjid di tengah teriknya matahari dan cuaca panas mencapai 37 derajat. Sambil bercanda tawa kami berusaha menahan dahaga yang sudah mengeringkan kerongkongan. Alhamdulillah masih tetap bertahan sampai maghrib.
Sangat mengejutkan. Ternyata rasa penasaran itu terbayarkan setelah sampai tujuan, The Peak. Tapi satu yang paling penting, kami harus sholat maghrib. Tidak ada ruangan tertutup atau mushala untuk shalat.
Untungnya Ustaz Ilham, panggilan akrab pimpinan DDHK, membawa tikar kecil berukuran 2x2m yang memang dipersiapkan untuk shalat, jika menemukan situasi di mana tidak ada ruangan untuk shalat, maka dengan tikar penyelamat ini, shalat tetap bisa dilakukan meskipun dilihat banyak orang. Tidak perduli. Ini kewajiban.
Sebagai dai Ambassador yang ditugaskan ke Negara-negara yang minoritas, penting sekali untuk mengetahui peradaban Islam di negeri yang dikenal negerinya kaum perempuan. Terutama ziarah ke masjid-masjid yang merupakan sumber sejarah dan peradaban Islam.
BMI menggelar pengajian dengan mengenakan tikar/Dok Pribadi
Orang banyak bilang, belum lengkap rasanya jika mengunjungi Hong Kong belum sampai ke tempat yang paling tingginya. Ibaratnya dengan mengunjungi The Peak semakin menambah kelengkapan tempat-tempat istimewa yang dimiliki oleh Hong Kong.
Orang Islam bilang, belum sempurna jika ke Hongkong tidak mengunjungi masjid-masjidnya yang dibangun sejak tahun 1800-an. Jangan sampai kita melupakan sejarah dan peradaban.
Salah satu masjid tertua di Hong Kong
Suatu bangsa bisa hebat dan besar karena beradab. Suatu Negara bisa dilupakan karena tidak punya sejarah. Menyadari hal tersebut, marilah kita mengukir sejarah, buatlah peradaban, ramaikanlah masjid, dandirikanlah sholat. Sholat sebagai tiang peradabannya.
*Corps Dai Ambassador Dompet Dhuafa (CORDOFA), Tim Inti Dai Internasional dan Multimedia (TIDIM) LDNU.