REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Badan Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb) Kabupaten Boyolali mengimbau para pendaki ke puncak Gunung Merbabu ikut waspada melakukan langkah antisipasi mencegah kebakaran hutan saat kemarau. Di antaranya tidak membuat api serta menyalakan rokok.
"Kami mengimbau para pendaki untuk waspada, dan tidak membuat api unggun, menyalakan rokok saat melakukan pendakian Gunung Merbabu sebagai langkah antisipasi kebakaran pada musim kemarau," kata Kepala Sub-Bagian Tata Usaha BTNGMb Johan Setiawan di Boyolali, Rabu (20/6).
Menurut Johan Setiawan pihaknya juga sudah meingatkan semua pengelola resort pintu pendakian Gunung Merbabu untuk memberikan sosialisasi kepada para pendaki terkait larangan membuat api unggun dan menyalakan rokok.
"Petugas pintu dan jalur pendakian Gunung Merbabu juga ditekankan agar memberi pengetahuan pendaki. Ada lima pintu jalur pendakian Merbabu, antara lain Selo (Boyolali), Tekelan (Salatiga), Cuntel (Salatiga), Wekas, dan Suwanting (Kabupaten Magelang).
Menurut dia, memasuki musim kemarau sangat rawan terjadi kebakaran. Jika sudah terjadi kebakaran dan merembet ke kawasan puncak Merbabu, maka sangat sulit dipadamkan, sehingga upaya antisipasi harus digalakkan.
Bahkan, kata dia, pada musim liburan Lebaran tahun ini, terjadi peningkatan jumlah pendaki yang cukup signifikan di kawasan Gunung Merbabu mencapai ratusan orang. Pihaknya meminta masyarakat dan pendaki untuk berhati-hati dan tidak berbuat ceroboh membuat api.
Menurut dia, peristiwa kebakaran hutan Gunung Merbabu pernah terjadi pada 2015, dan menghanguskan sekitar 600-an hektare lahan di kawasan TNGMb. Pihaknya berharap kejadian tahun lalu tidak terulang lagi pada tahun ini.
Selain itu, pihaknya juga bersama masyarakat dan instansi terkait melakukan deteksi dini dengan cara patroli intensif dan mensosialisasikan memasang papan-papan imbauan antisipasi kebakaran.
"Kami mengajak masyarakat sekitar hutan seperti Masyarakat Peduli Api (MPA), Masyarakat Mitra Polhut dan komponen lainnya secara bergantian melakukan patroli untuk mendeteksi dini kemungkinan munculnya titik api," katanya.
Bahkan, komponen warga yang tergabung MPA cukup aktif memberikan penyuluhan masyarakat dijumpai baik di pinggir kawasan maupun pengunjung pendakian.