REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Sumarsono, meminta pendukung kolom kosong pada Pilkada Kota Makassar tidak berlebihan merayakan kemenangan. Menurutnya, hasil resmi pemungutan suara pilkada di kota tersebut saat ini masih menanti data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Saya lihat sekarang di Makassar ada euforia kemenangan (kolom kosong). Saya harap hal tersebut dihentikan," ujar Sumarsono ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (28/6).
Dia mengingatkan kepada pemangku kepentingan agar tidak ikut larut dalam euforia tersebut. Pasalnya, pemangku kepentingan atau pemerintah daerah setempat adalah simbol dari pengayoman kepada semua kontestan pilkada.
Dengan begitu, pemerintah daerah setempat semestinya tidak memihak kepada kolom kosong atau sebaliknya. "Sehingga kondisi saat ini tidak akan menyinggung kontestan lain," lanjut dia.
Baca juga, Jika Kolom Kosong Menang di Makassar, Ini Langkah Kemendagri
Sumarsono juga mengingatkan penghitungan hasil pemungutan suara secara resmi masih diproses oleh KPU. Karena itu, nanti akan ada pengumuman resminya.
Angka perolehan suara saat ini adalah hasil dari hitung cepat atau quick count. "Angka resmi tunggu KPU, karena itu saya pikir euforia kemenangan pilkada jangan berlebihan. Karena menang atau kalah adalah kemenangan bagi rakyat. Siapa yang menang akan jadi pemimpin di daerah itu yang harus menghormati siapa yang dulu mendukung atau tidak mendukungnya, " tambah Sumarsono.
Sebagaimana diketahui, Pilkada Kota Makassar menjadi perbincangan karena hanya diikuti satu paslon, yakni Arifuddin-Rachmatika Dewi (Appi-Ciccu). Paslon Appi-Ciccu melawan kolom kosong pada 27 Juni lalu.
Berdasarkan hasil sementara dari hitung cepat dan data dari KPU, kolom kosong masih unggul dari Paslon Appi-Ciccu. Namun, perhitungan dari pihak Appi-Ciccu juga menyebutkan perolehan suara mereka lebih unggul dari kolom kosong.