REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik, Hadi Syaroni, menilai Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi berpeluang kecil untuk menjadi cawapresnya Joko Widodo pada Pilpres 2019. Meski TGB dekat dengan para ulama dan mampu menggaet pemilih dari kalangan muslim, tetapi tidak cukup membantu meningkatkan elektoral.
“Menurut saya masih kecil kemungkinan Jokowi menggaet TGB. Belajar dari pemilu tahun-tahun lalu, cawapres dari kalangan ulama juga kurang membantu elektoral,” kata Hadi di Jakarta, Jumat (13/7).
Menurut dia, menjelang pilpres, apalagi setelah Ahok dan aksi bela Islam 212, politik identitas akhir-akhir ini memang menguat. "Bukan rahasia umum jika Jokowi selalu disudutkan dengan isu agama,” kata dia.
Ia menerangkan kondisi ini memang berpotensi membuat Jokowi membuat pilihan pragmatis dengan memilih cawapres dari kalangan agama. "(Pilihan pragmatis) Untuk menutupi celah yang berpotensi akan dimanfaatkan oleh para lawan," kata Hadi yang juga sebagai advokat di LBH Inpartit.
Hadi malah berpendapat sosok Mahfud MD lebih cocok mendampingi Jokowi karena memiliki basis massa politik dan menjadi alternatif isu agama. "Mahfud bisa menjembatani basis masa agama, serta memiliki latar belakang politik yang cukup kuat," ujarnya.
Pengamat politik dari Indonesian Demokratic Center for Strategic Studies (Indenis), Girindra Sandino, berpendapat bila Jokowi disandingkan dengan TGB akan menghilangkan sentimen Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan. “Jika duet antara Jokowi dan TGB terjadi, maka akan terjadi persatuan, dan tidak ada lagi kalimat 'cebong' dan 'kampret' lagi dalam pertarungan elektoral," ujarnya.
Baca Juga: Pengamat: Jokowi-TGB Bisa Hilangkan 'Cebong' dan 'Kampret'