Jumat 27 Jul 2018 13:00 WIB

WP KPK Sediakan Hadiah untuk Pengungkap Penyerang Novel

Pelaku penyiram air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan belum juga ditangkap

Penyidik Senior KPK Novel Baswedan (tengah) bersama Ketua KPK Agus Rahardjo dan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (27/7).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Penyidik Senior KPK Novel Baswedan (tengah) bersama Ketua KPK Agus Rahardjo dan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (27/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wadah Pegawai (WP) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan memberikan hadiah kepada pihak yang berhasil mengungkapkan penyiram air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan. Hadiah tersebut berupa sepeda.

"Sepeda ini akan terus ada di depan lobi KPK sampai pelaku penyiraman bang Novel ditemukan," kata Ketua WP KPK Yudi Purnomo Harahap, di gedung KPK Jakarta, Jumat (27/7).

Yudi menyampaikan hal itu saat acara penyambutan kedatangan Novel Baswedan yang kembali bekerja hari ini, setelah mengalami penyiraman air keras oleh dua orang pengendara motor pada 11 April 2017 seusai Salat Subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya. Hingga saat ini pelaku penyerangan tersebut belum ditangkap.

"Sepeda ini tidak hanya 1, tapi bisa jadi 2, 3, 4, 5 di halaman gedung KPK akan penuh dengan sepeda karena rakyat ingin kasus bang Novel dituntaskan, untuk itu bang Novel dan teman-teman, sepeda ini kami taruh di sini sebagai simbol bahwa kita tidak akan pernah berhenti untuk mendukung pengungkapan kasus bang Novel, bahkan sampai 2019, 2020, dan seterusnya jadi ini adalah sepeda dari wadah pegawai KPK," ujar Yudi.

Yudi pun menaruh sepeda jenis BMX warna hitam dan putih seharga Rp 950 ribu yang dibeli dari satu toko di Pasar Jumat pada Kamis (26/7) di panggung kecil di depan lobi KPK. Pemberian sepeda itu mengingatkan dengan kebiasaan Presiden Joko Widodo memberikan sepeda kepada masyarakat yang dapat menjawab kuis saat menghadiri suatu acara di daerah.

Novel tiba di gedung KPK sekitar pukul 09.00 WIB dan disambut oleh Ketua KPK Agus Rahardjo, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, Direktur Gratifikasi KPK Giri Supradiono, mantan pimpinan KPK Abraham Samad dan Bambang Widjojanto, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, para aktivis antikorupsi serta sekitar 200 orang pegawai KPK yang mengenakan kemeja putih dengan pita merah di lengan kanan.

Dalam kesempatan tersebut, Yudi juga membacakan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo. "Perkenankan kami Wadah Pegawai KPK sebagai perwakilan pegawai-pegawai di KPK di dalamnya termasuk Novel Baswedan, 16 bulan sejak terjadi kasus penyerangan Novel Basedan belum menunjukkan titik terang. Padahal sebagaimana kita ketahui, Desember 2017 tiga orang pembunuh jurnalis antikorupsi di Malta sebelum kasus Novel Baswedan sudah diproses di pengadilan," ujar Yudi.

Menurut Yudi, WP KPK juga sudah pernah mengirimkan surat kepada Presiden beberapa bulan lalu. "Bapak Presiden, izinkan kami kembali mengingatkan melalui surat ini sebagai lanjutan surat Wadah Pegawai KPK yang telah dikirim pada bulan-bulan lalu yang sampai hari ini belum ada balasan maupun tindak lanjut. Kami ingin mengingatkan bahwa penyerangan terhadap Novel Baswedan bukan penyerangan biasa, tapi upaya untuk membunuh kehadiran negara yang sedang berupaya memberantas korupsi yang menggurita," paparnya.

Dalam surat tersebut, Yudi juga mengatakan bahwa apa yang menimpa Novel Baswedan dapat menimpa siapa saja. "Untuk itu kami tidak menuntut banyak, kami hanya menuntut negara hadir untuk Novel Baswedan dan pemberantasan korupsi melalui pengungkapan kasus Novel Baswedan. Apabila dirasa belum ada titik terang dari kerja lembaga yang ada saat ini, kami berharap sikap tegas Presiden membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) sekarang juga," ujar Yudi menegaskan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement