REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sohibul Iman menjelaskan alasan partainya selalu akrab dengan partai Gerindra. Hubungan mesra ini tak lepas dari kesadaran historis dan sosiologis bangsa Indonesia.
Menurut Sohibul, Indonesia ditakdirkan lahir oleh dua kelompok yaitu Islam dan nasionalis. Karenanya, fakta ini harus dijaga sampai saat ini.
"Bahwa kelompok Islam dan nasionalis harus hand in hand. Ada saling pengertian di antara keduanya," ujar Sohibul, di Hotel Kartika Chandra, Kamis (26/7) malam.
Ia pernah ditanya Duta Besar Belanda ketika datang ke DPP PKS mengapa selalu akrab dengan Prabowo. Apakah Prabowo seorang Muslim yang baik.
"Saya tegas katakan, bukan, Pak Prabowo bukan Muslim yang taat. Bukan Muslim santri. Dia adalah Muslim abangan saya katakan," tegas Sohibul menjawab pertanyaan duta besar Belanda.
Prabowo adalah seorang nasionalis. Kendati demikian, kata Sohibul, Prabowo merupakan seorang Muslim abangan yang memiliki pemahaman Islam secara proporsional.
Sohibul menilai, Prabowo menerapkan proporsional demokrasi. Sikap tersebut sama dengan PKS. Itu sebabnya, PKS dan Gerindra selalu berjalan mesra.
Sohibul mengatakan, PKS mengerti tentang sejarah bangsa Indonesia yang lahir atas dua kelompok yaitu Islam dan nasionalis. "Jadi perjuangan kita hari ini adalah menyatukan fakta historis dan sosiologis ini," tuturnya.
Prabowo seusai bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Selasa (24/7) menegaskan, Gerindra tetap menjalin kerja sama dengan PKS. Sehingga, pihaknya juga terus memperbarui segala informasi berkenaan dengan perkembangan koalisi.
"Kami konsultasi terus dan kami ke sini ini tentu dengan penuh konsultasi," ujar Prabowo.