Sabtu 28 Jul 2018 13:11 WIB

AS tak Ingin Gulingkan Rezim Iran, Tapi ....

AS menekan Iran dengan sanksi.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Foto: AP
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Washington mengaku tak ingin menggulingkan  rezim di Iran. AS hanya ingin mengendalikan perilaku Tehran yang membahayakan kawasan Timur Tengah. Demikian disampaikan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis pada Jumat (27/7).

"Tidak ada kebijakan seperti itu," ujar Mattis saat ditanya apakah Pentagon sedang mengupayakan jatuhnya rezim Iran.  "Kami meminta mereka untuk menghentikan gertakan untuk menggunakan kekuatan militer, agen rahasia, ataupun kelompok-kelompok proksi," kata Mattis.

Pernyataan Mattis merupakan penjelasan paling terperinci terkait kebijakan pemerintah Amerika Serikat terhadap Iran. Penjelasan itu menyusul rapat kabinet di Gedung Putih pada Kamis yang salah satunya membahas Teheran.

Sejak mengundurkan diri dari perjanjian nuklir internasional 2015, Amerika Serikat terus-menerus menekan para elite ulama di Tehran dengan ancaman sanksi.

Pada saat bersamaan, media Australia memberitakan bahwa sejumlah pejabat di Canberra telah mengetahui rencana Amerika Serikat untuk menyiapkan operasi pengeboman fasilitas nuklir Iran paling cepat bulan Agustus.

Mattis pada Jumat menyebut berita tersebut sebagai sebuah fiksi. "Saya dengan tegas mengatakan bahwa (rencana pengeboman) tersebut bukan merupakan kebijakan yang kami pertimbangkan saat ini," kata Mattis kepada para wartawan.

Washington selama ini menuntut Teheran untuk menghentikan program nuklir mereka dan juga dukungan terhadap kelompok-kelompok bersenjata di Timur Tengah, terutama di Suriah dan Yaman.

Baca juga, Trump Sudah Waktunya Berubah.

Untuk memaksa Tehran memenuhi tuntutan itu, Amerika Serikat meminta negara-negara di seluruh dunia agar menghentikan impor minyak dari Iran mulai November mendatang. Sebagai balasan, Tehran mengaku akan mengacaukan jalur pengapalan minyak internasional dari kawasan Timur Tengah.

Situasi tersebut kemudian memicu perang kata-kata yang dimulai pada Minggu dengan pernyataan dari Presiden Iran Hassan Rouhani. Dia mengatakan bahwa sikap permusuhan dengan Washington akan memicu "perang besar."

Pernyataan Rouhani langsung ditanggapi oleh Trump melalui akun Twitternya.

"Jangan pernah lagi mengancam Amerika Serikat, atau Anda akan menghadapi konsekuensi seperti yang dialami negara-negara lain sebelumnya," tulis Trump dalam huruf kapital kepada Rouhani. "Kami bukan lagi negara yang tunduk pada kata-kata kotor Anda. Berhati-hatilah."

Sejumlah analis mengatakan, retorika keras dari Amerika Serikat justru kontra produktif karena akan memicu reaksi yang lebih keras dari Iran.

Beberapa komandan Garda Revolusi Iran sudah mengancam akan menghancurkan pangkalan militer Amerika Serikat di berbagai wilayah Timur Tengah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement