Selasa 31 Jul 2018 03:30 WIB

AS Berencana Investasikan Rp 1,6 Triliun di Indo-Pasifik

Investasi ini merupakan strategi baru AS memperkuat hubungan dengan di Indo-Pasifik

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo
Foto: Time
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) akan menggelontorkan investasi senilai 113 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,6 triliun di bidang teknologi, infrastruktur, dan energi di Indo-Pasifik. Investasi ini sebagai bagian dari strategi baru AS untuk memperkuat hubungan dengan kawasan tersebut.

Pernyataan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Senin (30/7) menjelang kunjungannya ke Indonesia, Singapura, dan Malaysia. "Dana ini hanya merupakan uang muka bagi sebuah era baru komitmen ekonomi Amerika Serikat untuk menciptakan perdamaian dan kesejahteraan di kawasan Indo-Pasifik," kata Pompeo saat berpidato di depan Kamar Dagang AS.

Pompeo mengatakan bahwa AS akan 'menentang semua negara' yang berupaya mendominasi kawasan Indo-Pasifik. Pernyataan itu adalah isyarat ancaman bagi Beijing yang tengah bersengketa dengan Washington dalam perkara niaga dan kebebasan berlayar di Laut Cina Selatan, demikian dilaporkan Reuters.

Indo-Pasifik pertama kali menjadi perbincangan di kalangan diplomat saat Presiden AS Donald Trump menggunakan terma itu dalam lawatannya ke Asia tahun lalu. Indo-Pasifik merujuk pada sebuah kawasan pesisir yang merentang dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik dan bisa dikategorikan sebagai kesatuan geopolitik tunggal.

Menurut beberapa akademisi, Indo-Pasifik lebih tepat untuk menggambarkan fenomena kebangkitan Asia dibandingkan dengan konsep seperti Asia Pasifik yang mengecualikan India, meski negara tersebut merupakan kekuatan nuklir dengan populasi terbesar kedua di dunia dan pertumbuhan ekonomi yang melonjak.

Selain itu, konsep Indo-Pasifik juga punya signifikansi besar. Konsep tersebut merupakan tanggapan Amerika Serikat atas strategi geopolitik "Untaian Mutiara" oleh Cina, yang ingin membangun hegemoni di kawasan Samudra Hindia dengan membangun jaringan infrastruktur militer dan komersial di pesisir.

Strategi geopolitik itu dianggap sejumlah pihak perlu dilakukan Beijing karena mereka bergantung pada pasokan minyak dari Timur Tengah. Beberapa analis menyebutnya sebagai "titik rentan strategis yang penting" bagi Beijing.

Sementara itu bagi Washington, yang sudah lama berseteru dengan Beijing di Asia dalam banyak hal, konsep Indo-Pasifik akan memberi kesempatan bagi mereka untuk membatasi pengaruh Cina dengan bekerja sama dengan India, Australia dan Jepang.

Tahun lalu, keempat negara itu, Amerika Serikat, India, Jepang dan Australia, menghidupkan kembali blok Quadrilateral kerja sama keamanan dengan menggunakan istilah Indo-Pasifik. Langkah itu kemudian ditanggapi dengan keras oleh Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi, yang menyebut penggunaan istilah Indo-Pasifik sebagai "ide cari perhatian" dan "akan hilang seperti buih di lautan."

Upaya kelompok Quadrilateral untuk mengurung China dari selatan, timur, dan barat semakin jelas saat keempat negara itu menolak untuk bergabung dalam skema infrastruktur One Belt One Road (OBOR). Bahkan, kelompok Quadrilateral juga dikabarkan tengah mempertimbangkan skema infrastruktur global baru untuk menyaingi OBOR.

Rencana investasi Amerika Serikat yang baru saja diungkap oleh Pompeo adalah bagian dari strategi itu.

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement