REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menganggarkan Rp 1 triliun untuk petani jagung dan padi di Indonesia. Dari total anggaran tersebut, termasuk di antaranya untuk membeli dan menyerahkan 1.000 unit mesin pengering ukuran besar maupun kecil. Perangkat ini nantinya akan disebarkan untuk seluruh petani di Indonesia.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, penyebaran mesin pengering akan difokuskan di sentra-sentra produksi jagung dan padi. Di antaranya, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Lampung. "Daerah-daerah ini menyumbang 70 sampai 80 persen dari total hasil produksi," ujarnya ketika ditemui Republika.co.id di Gedung Kementan, Jakarta, Jumat (3/8).
Penyiapan unit mesin pengering ini dilakukan atas keinginan para petani Indonesia yang disampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat kunjungan ke Jawa Tengah, Jawa Timur dan Dompu, NTB. Mereka menyampaikan akan kebutuhan terhadap mesin pengering. Sebab, harga jagung kerap jatuh karena kadar air, menyebabkan petani frustrasi.
Baca juga, KTNA akan Rancang Teknis Penggunaan Mobil Pengering Jagung
Selain mesin pengering konvensional, Amran juga akan mempertimbangkan inovasi mobil pengering jagung yang baru dihibahkan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPI) ke Kementan. Nantinya, Kementan akan mengkalkulasikan lagi berapa tingkat kebutuhan terhadap keberadaan fasilitas pengering yang dapat berpindah tempat tersebut.
Dengan pemberian 1.000 unit mesin pengering dan inovasi mobil pengering jagung, Amran berharap jagung dapat menjadi salah satu komoditas unggulan untuk diekspor. "Target kita, 500ribu ton jagung diekspor pada tahun ini," ucapnya.
Menurut Amran, petani jagung sekarang berbahagia dengan kondisi yang sudah ada. Dulu, ketika peak season, harga jagung bisa jatuh sampai Rp 1.000 per kilogram. Sekarang, harga terendah dari petani bisa mencapai Rp 2.600 per kilogram.
Selain itu, saat ini sudah tidak ada lagi off season. Sebab, para petani semakin rajin menanam jagung sampai ke lahan kuburan seperti yang terjadi di Yogyakarta. Di Jawa Tengah, petani juga memanfaatkan pematang sawah, sementara petani Sulawesi Selatan menggunakan beberapa lahan pegunungan untuk menanam jagung.
Amran melihat, kondisi ini dikarenakan tepatnya kebijakan dan ada jaminan bahwa petani Indonesia yang menanam jagung pasti mendapatkan keuntungan. "Pemerintah juga menyiapkan bibit unggul dan harga yang menguntungkan," ucapnya.