REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) dan Gugus Tugas Nasional Gerakan Nasional Revolusi Mental menyelenggarakan Diskusi dalam Rangka Implementasi Revolusi Mental, Senin (6/8). Sebelas tokoh inspiratif dihadirkan untuk berbagi cerita mengenai berbagai kegiatan yang berkontribusi positif dan menginspirasi perubahan di masyarakat
Melalui kesebelas tokoh masyarakat ini, revolusi mental dapat diimplementasikan secara unik dan kreatif sesuai dengan kegiatan yang mereka masing-masing jalani. Salah satu contohnya datang dari tokoh muda seperti Farid Naufal Aslam.
Pemuda berumur 24 tahun ini telah memperlihatkan gerakan perubahan yang dilakukannya melalui pemberdayaan nelayan berbasis pemanfaatan teknologi dengan platform e-commerce Aruna.id. Hingga saat ini Aruna Indonesia telah merangkul 1701 kelompok nelayan di 16 provinsi dengan konsumen yang sudah merambah ke mancanegara.
Ini Gerakan 'Revolusi Mental' yang Dilakukan Berbagai Daerah
Begitu pula dengan Andhika Mahardika. Pendiri Agradaya ini patut dijadikan contoh khususnya mengenai peran seorang pemuda dalam mengembangkan sistem pertanian rempah berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Bukit Menoreh Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Selain mendorong petani berpegang pada salah satu gerakan revolusi mental yaitu Gerakan Indonesia mandiri, Andhika juga aktif menggagas petanimuda.org sebagai gerakan kolaboratif bagi pemuda pemudi untuk mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia.
Dari timur Indonesia, terdapat kisah inspiratif Maria Loretha, seorang penggagas, pembenih dan juga pendamping petani penanam sorgum asal Pulau Adonara Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Ketika seseorang memiliki komitmen untuk berubah menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya, maka revolusi mental sesungguhnya telah terjadi," kata dia.
Untuk mendukung Indonesia Bersih, kisah inspiratif datang dari A’ak, sang penggagas Laskar Hijau yang merupakan organisasi kelompok relawan penghijauan yang berjuang untuk mengembalikan lingkungan yang rusak kembali menjadi ekosistem alami dengan konsep hutan setaman.
A’ak berpesan agar masyarakat merubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang baik. “Dalam menjaga lingkungan yang terpenting adalah mulai peduli dengan lingkungan sekitar, mulailah dari hal yang sederhana,” kata dia.
Implementasi Gerakan revolusi mental selanjutnya dapat dilihat dari aktivitas Ridwan Alimudin pendiri Armada Pustaka Mandar yang berasal dari Sulawesi Barat. Melalui Gerakan Literasi Ridwan turut mendorong akses dan pembebasan biaya pengiriman buku pada tanggal 17 setiap bulannya melalui PT. Pos Indonesia ke seluruh penjuru Indonesia.
Ia berharap dengan adanya kegiatan yang dilakukan komunitasnya, tidak saja dapat terus meningkatkan minat baca masyarakat, tetapi juga secara khusus dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. “Gerakan kami saat ini sudah menjadi bagian dari revolusi mental,” ucap Ridwan.
Di Nusa Tenggara Barat khusunya di Kota Bima terdapat kisah inspiratif lainnya yang diungkapkan oleh Rangga Babuju pendiri Komunitas Babuju. Menilik kondisi Bima yang rawan konflik, Rangga mengutarakan bahwa muncul pandangan di masyarakat konflik merupakan salah satu cara agar pemerintah memerhatikan masyarakat Bima.
“Hal inilah yang harus dipahami dan saya harap melalui gerakan revolusi mental, maka konflik di Bima ini tidak lagi terjadi dan melalui Gerakan Indonesia Bersatu, maka saya ingin agar kesatuan dan kerukunan masyarakat di Bima dapat terwujud dan dipelihara” ujarnya.
Kegiatan unik lainnya juga dilakukan oleh para tokoh inspiratif seperti the Nissa Wargadipura melalui Pesantren Ekologi Ath Thaariq yang didirikannya, Hasan Aoni Aziz yang melakukannya melalui aktivitas di dalam Omah Dongeng Marwah, pembangunan kemandirian masyarakat melalui koperasi yang dilakukan oleh Suroto, kegiatan Langit Negeri Indonesia yang dilakukan oleh Isnin Sholihin, serta Festival Payung Indonesia yang dilakukan oleh Heru Mataya.