REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Gempa Lombok dua hari lalu menyisakan kepedihan. Banyak korban yang mengalami patah tulang. Karena itulah FKUI-RSCM dan PABOI Jaya mengirimkan dokter-dokter terbaiknya.
Menurut Dekan FKUI, Dr Ari Fahrial Syam mengatakan, tim ini membawa tiga dokter spesialis orthopedi senior dan beberapa residen dan juga membawa peralatan bahan habis pakai seperti implant orthopaedi (external fixator, antibiotika, analgetika, sterile gown dan sterile hand gloves).
Tim sampai bandara dijemput oleh tim dari rektorat Unram, menuju RSUD Provinsi Mataram disambut oleh direktur dan Dr Rudi Febriyanto SpOT, dokter orthopedi di RSU Provinsi Mataram yang kebetulan Alumni FKUI.
Menurut Dr Rudi Febriyanto SpOT, dokter orthopedi di RSU Provinsi Mataram masih ada seratusan korban lagi yang belum ditangani dan ia meminta aplusan residen orthopedi untuk datang dan membantu menangani kasus-kasus patah tulang ini. "FKUI-RSCM siap mengirim dokter-dokternya secara bergantian," ujar dr Ari.
Kondisi korban sama seperti pada kasus Gempa Jogja dan Gempa Sumbar, banyak korban patah tulang dan ribuan pengungsi. "Mudah-mudahan banyak korban-korban patah tulang segera mendapat pertolongan operasi. Semakin lambat ditolong angka kecacatan semakin tinggi. Mudah-mudahan teman-teman dilapangan terus bisa dibantu peralatan operasi. Terutama implant orthopedi serta antibiotika pasca operasi," ujarnya.
Tim FKUI-RSCM dan PABOI Jaya siap bekerjasama dan berkolaborasi dengan siapa saja untuk menolong korban bencana. "Mudah-mudahan tim dokter relawan ini selalu diberi kesehatan dan bisa memberikan yang terbaik untuk menolong korban Gempa."
Sebelumnya, tim medis Universitas Hasanuddin (Unhas) telah sampai di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dipimpin oleh Prof Idrus Paturusi, mereka menargetkan dalam satu hari bisa melakukan operasi kasus patah tulang sebanyak 50 orang dari 300 korban gempa Lombok.
"Paling tidak 50 kasus (dalam) satu hari dan diharapkan dalam satu pekan mudah-mudahan semua sudah selesai," ujar Idrus Paturusi, Selasa (7/8).
Mantan rektor Unhas ini menjelaskan, berdasarkan data yang diperolehnya ada sekitar 200 korban gempa yang kini berada di rumah sakit, di Lombok. Di luar sana, ujarnya, masih ada 100 orang lagi yang juga mengalami patah tulang akibat gempa berkekuatan 7 skala richter yang mengguncang Lombok.