REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Simpanan bahan bakar darurat bagi sejumlah instalasi kebersihan, air dan kesehatan penting di Jalur Gaza nyaris habis. Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan hal ini bisa menciptakan risiko besar bagi rakyat di sana.
Instalasi itu bergantung atas bahan bakar darurat untuk mengoperasikan generator cadangan. Ini sangat diperlukan karena krisis energi di Jalur Gaza membuat warga hanya memperoleh listrik tak lebih dari empat jam setiap hari.
Secuil Kisah Pahit di Jalur Gaza
Mitra kemanusiaan PBB memperkirakan sedikitnya 60 ribu liter bahan bakar darurat mesti secepatnya dikirim ke 47 instalasi kesehatan di Jalur Gaza guna menjamin pemberian layanan minimum selama empat hari ke depan. Kekurangan bahan bakar terjadi akibat pembatasan Israel atas impor bahan bakar ke Jalur Gaza.
Pembatasan tersebut diberlakukan pekan lalu sebagai reaksi atas berlanjutnya peluncuran layang-layang yang terbakar dari Jalur Gaza ke dalam wilayah Israel. Sampai pertengahan Agustus, dana buat program bahan bakar darurat yang ditaja PBB akan habis.
Untuk menghindari krisis besar, pembatasan terhadap masuknya bahan bakar harus dicabut, dan donor didesak untuk menyediakan 4,5 juta dolar AS untuk menutup biaya dukungan bahan bakar darurat di Jalur Gaza sampai akhir tahun ini.