REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Bayu Adji P, Febrianto Adi Saputro, Ali Mansur
JAKARTA -- Kemesraan Partai Gerindra dan Partai Demokrat yang sempat terbangun dalam beberapa pekan terakhir langsung hangus terbakar tudingan Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief kepada Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto. Dalam cicitannya, Andi menyebut Prabowo sebagai 'Jenderal Kardus' karena disebut memilih Sandiaga Uno sebagai cawapresnya. Tudingan Andi makin liar ketika menyebut PAN dan PKS disogok Rp 500 miliar untuk mendapatkan restu menjadi cawapres Prabowo.
Dalam hitungan jam, bangunan koalisi Gerindra-Demokrat yang baru berupa fondasi sudah runtuh. Karena alasan itulah, Prabowo menemui Ketua Umum Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di kediaman SBY, di Mega Kuningan, Jakarta, pada Kamis (9/8) pagi. Kedatangan Prabowo diyakini untuk meluruskan persoalan yang mengemuka terkait koalisi.
"Kamis pagi Pak Prabowo akan ke sini," ujar Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan di kediaman SBY, Kamis dini hari.
Hinca mengatakan, komunikasi partainya dengan Gerindra terus berjalan. Dia meminta semua pihak menunggu keputusan kedua ketua umum.
Koalisi Demokrat dan Gerindra disebut-sebut mengalami perpecahan lantaran Andi menuding Gerindra melakukan politik transaksional tanpa sepengetahuan Demokrat. Andi yakin, apa yang dikatakannya benar. Dia juga menekankan pernyataannya itu berdasarkan data yang akurat.
"Demokrat dalam posisi diajak Jenderal Prabowo untuk koalisi. Diajak lho, ya. Kita tidak tawarkan siapa-siapa jadi cawapres, walau Pak Prabowo tawarkan AHY jadi wakil. Kami pun menyarankan agar dihitung matang-matang. Tapi, hari ini kami dapat informasi ada politik transaksional yang berada dalam ketidaktahuan kami," ucap Andi.
Andi mengatakan, info politik transaksional itu mengejutkan. Sebab, kata dia, Demokrat selama ini tidak pernah selingkuh dengan bertemu partai selain partai koalisi Prabowo.
"Makanya, saya sebut Jenderal Kardus. Jenderal Kardus itu jenderal yang nggak mau mikir, uang segalanya," kata Andi. Meskipun demikian, Andi menghargai niat baik Prabowo untuk datang ke kediaman SBY Kamis pagi nanti.
Andi Arief saat ditemui Kamis dini hari menyatakan tak pernah membuat isu selama dia berkarier politik. Hal itu dia katakan untuk memastikan apa yang dia tudingkan kepada Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto bukanlah isapan jempol.
“Saya Andi Arief tidak pernah membuat isu dalam karier politik saya,” ujar Andi ketika ditanya awak media apakah dirinya benar telah memastikan adanya politik transaksional yang dituduhkan kepada Partai Gerindra sebanyak Rp 500 miliar, Kamis (9/8) dini hari.
Dia juga menyatakan apa yang dia ungkap di akun media sosial Twitter miliknya merupakan unggahan yang ia kirimkan secara sadar. Dia menyebut tak pernah berbohong sehingga dia berani memublikasikan pernyataan itu.
“Benar saya sadar dan bisa dicek dalam karier politik saya, saya tidak pernah bohong dan data saya selalu akurat,” kata Andi.
Dia lalu meminta kepada awak media untuk menunggu perkembangan yang akan terjadi saat pertemuan antara Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Dia berharap dalam pertemuan tersebut, bisa membuahkan hasil yang melegakan.
“Bagi kami adalah pertemuan dua jenderal, yaitu Prabowo dan SBY ini kan melegakan, bisa memberikan jalan keluar bagi indonesia yang lebih baik dan tidak terjadi perselingkuhan,” ungkapnya.
Dia juga menegaskan pihaknya sampai Kamis dini hari masih berada pada koalisi dengan Gerindra. Dia juga menyebut Partai Demokrat mendorong Prabowo maju sebagai presiden. “Orang yang didorong itu harus punya komitmen yang kuat,” kata Andi menegaskan.
Sekretaris Jenderal DPP Partai Gerindra Ahmad Muzani membenarkan Prabowo Subianto akan menemui SBY pagi ini. Ia pun menampik jika ada perang di antara kedua partai.
"Saya tegaskan tidak ada perang dan tidak ada yang perlu didamaikan. Rencananya, besok pagi Prabowo akan berjumpa dengan SBY di kediamannya," kata Muzani di kediaman Prabowo, Jakarta, Rabu malam.
Menurut Ahmad Muzani, pertemuan keduanya untuk membicarakan kelanjutan dari koalisi yang telah dirintis selama ini karena ada komunikasi yang terputus. Komunikasi yang terputus itu menyebabkan adanya pemahaman yang lompat dalam proses koalisi sehingga terjadi distorsi informasi.
"Apa yang lompat bahwa Prabowo menjelaskan di dalam surat yang disampaikan. Selama ini Gerindra sudah menjalin komunikasi yang baik dengan PKS dan PAN, juga menjalin komunikasi yang baik dengan ulama, kiai, dan para habaib," ujarnya.
Jenderal Kardus itu jenderal yang nggak mau mikir, uang segalanya, kata Andi.
Dia menjelaskan, Prabowo dalam surat itu adalah mendiskusikan tentang pengambilan keputusan. Ini karena dalam pertemuan sehari sebelumnya, SBY mengatakan bahwa soal calon wakil presiden diserahkan sepenuhnya kepada Prabowo sebagai calon presiden.
Menurut dia, surat itu adalah pemikiran Prabowo kepada SBY yang dikirimkan pada Selasa (7/8) malam. "Inilah kira-kira yang akan didiskusikan Prabowo dengan SBY, supaya kelanjutan koalisi ini bisa berhasil. Karena, Kamis malam kita tunggu wakil presidennya Prabowo akan segera kita umumkan," katanya.
Muzani mengatakan, pernyataan Andi Arief yang menyebutkan Prabowo jenderal kardus merupakan hal biasa. Karena, menurut dia, dalam setiap perjuangan selalu saja ada distorsi. Penyebabnya karena harapan terlalu tinggi. Kemudian, tiba-tiba mendengar ada realitas harapan yang tidak sesuai lalu kaget dan mengungkapkan sesuatu pernyataan yang lompat.
"Prabowo akan diskusi SBY, insya Allah diskusi kedua pemimpin parpol dan tokoh nasional akan mencapai titik temu," ujarnya.
Baca juga:
- Andi Arief Sebut Sandiaga Bayar Rp 500 M untuk Jadi Cawapres
- Andi Arief: Ada Politik Transaksional yang Kami tak Ketahui
- Prabowo akan Temui SBY Pagi Ini
Upaya Gerindra membangun koalisi dengan Demokrat sebenarnya sudah hampir menemui titik pasti. Kabar tersebut tersiar menyusul isu yang menyebut kandidat cawapres Prabowo tinggal menyisakan dua nama, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sandiaga Uno. Yang menarik, nama Sandiaga tiba-tiba muncul setelah sebelumnya beredar nama Ustaz Abdul Somad dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri yang direkomendasikan dalam Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional.
Menurut Ahmad Muzani, nama AHY dan Sandiaga masih dikonsultasikan dengan tiga partai politik koalisi, yaitu Partai Demokrat, PAN, dan PKS. "Sampai dengan tadi pagi, ada dua nama yang dikonsultasikan dengan parpol koalisi, yaitu AHY dan Sandiaga Uno," kata Muzani.
Pertemuan Prabowo dan SBY.
Muzani mengatakan, nama keduanya masih terus dikonsultasikan mulai Rabu pagi hingga malam, dan hasilnya segera diputuskan. Namun, Muzani enggan menjelaskan terkait munculnya nama Sandiaga dalam daftar cawapres Prabowo yang selama ini tidak pernah muncul.
"Ya, nanti saya tanyakan dulu terkait munculnya nama Sandiaga," ujarnya.
Cicitan Andi Arief di akun Twitter-nya, @AndiArief, membuat kegaduhan di kubu Prabowo. Sebutan 'Jenderal Kardus' dan adanya dugaan sogokan Rp 500 miliar untuk PAN dan PKS dari Sandiaga Uno semakin memperuncing suasana.
Sebutan jenderal kardus, menurut Andi, bukan tanpa alasan. Prabowo, menurut dia, dianggapnya lebih mementingkan politik uang daripada komitmen “perjuangan” yang sudah lebih dahulu terbentuk.
“Prabowo ternyata kardus. Malam ini kami menolak kedatangannya ke Kuningan (kediaman SBY). Bahkan, keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jenderal kardus,” tulis Andi Arief dalam akun Twitter-nya, @AndiArief, yang sudah dikonfirmasi Republika.co.id, Rabu (8/8) malam.
Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaakan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghatgai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus.— andi arief (@AndiArief__) 8 Agustus 2018
Uang yang dimaksudkannya, sebut politikus Partai Demokrat itu, adalah dari Sandiaga Uno. Menurutnya, wakil gubernur DKI Jakarta itu telah memberikan sejumlah besar dana agar berhasil menjadi calon wakil presiden RI, mendampingi Prabowo.
Sementara itu, masih menurutnya, Prabowo cenderung memilih Sandiaga yang tidak lain kader Partai Gerindra untuk ikut maju selaku cawapres di Pilpres 2019. Akibatnya, lebih menguntungkan partai-partai selain Demokrat di koalisi Prabowo.
Bagi Andi, inilah momentum yang tepat untuk partai berlambang bintang mercy itu menarik dukungan terhadap pencalonan mantan perwira TNI-AD tersebut. Kebuntuan komunikasi antara Demokrat dan Gerindra dinilainya sudah final.
Jenderal Kardus punya kualitas buruk, kemarin sore bertemu Ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan. Belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang sandi uno untuk mengentertain PAN dan PKS.— andi arief (@AndiArief__) 8 Agustus 2018
“Jenderal Kardus punya kualitas buruk. Kemarin sore bertemu Ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan. Belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang Sandi Uno untuk meng-entertain PAN dan PKS,” tulisnya lagi.
Namun, Andi Arief tidak menjelaskan berapa pastinya besaran uang yang dikatakannya telah “disodorkan” Sandi. Dia tidak menjawab lagi sambungan telepon.
“Nanti saja, saya sedang rapat,” katanya saat dihubungi, Rabu (8/8).
Wasekjen Demokrat Andi Arief memberikan keterangan perihal tudingannya terhadap Prabowo Subianto sebagai 'Jenderal Kardus', di kediaman Ketum Demokrat SBY, di Mega Kuningan, Kamis (9/8) dini hari.