REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief mengaku kecewa dengan pilihan Prabowo Subianto yang menggandeng Sandiaga Uno untuk maju Pilpres 2019. Menurut Andi, Prabowo telah mengkhianati kesepakatan antara Prabowo dengan Partai Demokrat.
"Telah terjadi pengkhianatan kesepakatan oleh Prabowo terhadap Partai Demokrat. Pengkhianatannya adalah untuk duduk bersama, untuk cari figur yang paling tinggi elektabilitasnya untuk menang," kata Andi di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono , Jalan Mega Kuningan Timur VII, Jakarta, Jumat (10/8) dini hari.
Sebagai kader Partai Demokrat, Andi merasa kecewa dengan sikap Prabowo. Hal itu karena kesepakatan yang sudah dilakukan selama 24 hari bisa dengan mudah berubah dalam dua hari menjelang pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum.
"Kita mencium ada aroma politik tidak sehat yang saya sebut dengan Jenderal Kardus," ujarnya.
Ia bahkan memprediksi Prabowo akan sulit menang dalam Pilpres. "Bila berdasarkan perhitungan kami bahwa kemungkinan menang di koalisi Prabowo ini sangat kecil dan pak Prabowo tidak tampak serius dalam Pilpres ini. Saya kira itu saja," tuturnya.
Sebelumnya, Andi Arief mengatakan Partai Demokrat menolak pemilihan Sandiaga Uno sebagai pendamping Prabowo. Partai Demokrat mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono untuk menjadi bakal calon wakil presiden. Akan tetapi, AHY ditolak oleh PAN dan PKS. Partai Demokrat pun kemudian tidak ikut mengusung pasangan Prabowo-Sandiaga.
Setelah hengkang dari koalisi Prabowo-Sandiaga, Partai Demokrat akan menggelar rapat Majelis Tinggi pada Jumat (10/8) pagi untuk menentukan dukungan pada Pilpres 2019. "Besok pagi (Jumat) akan diadakan Rapat Majelis Tinggi Partai untuk menyikapi Pilpres 2019. Akan dibahas di mana posisi PD dan Pasangan Capres Cawapres mana yang akan didukung oleh PD," Wasekjen Partai Demokrat Renanda Bachtar.
Hingga sehari sebelum penutupan pendaftaran bakal capres-cawapres pada Jumat (10/8), sudah ada dua pasangan yang mendeklarasikan maju pemilihan presiden 2019. Bakal calon presiden Prabowo Subianto telah menunjuk Sandiaga Uno sebagai pendampingnya pada pemilihan presiden atau Pilpres 2019. Mereka didukung koalisi yang dibentuk oleh Partai Gerindra, PAN, dan PKS.
Sementara itu, bakal calon presiden Joko Widodo memilih Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ma'ruf Amin. Dalam pencapresannya, Joko Widodo didukung sembilan partai politik, yaitu PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Perindo dan PKPI.