REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia kembali menyebut tudingan penggunaan racun syaraf Novhicok terhadap Sergei Skripal merupakan hal yang tidak berdasar. Ini mengingat tuduhan tersebut berujung pada sanksi sepihak oleh Amerika Serikat (AS) kepada Rusia sebagai respons dari penggunaan racun tersebut.
"Kami memandang tuduhan itu tak berdasar atas keterlibatan Rusia dalam insiden Salisbury sebagai upaya untuk membentuk opini bahwa negara kami mendekati kewajiban internasionalnya dengan cara yang tidak bertanggung jawab," kata kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan, Senin (13/8).
Sanksi baru tersebut dijadwalkan akan diberlakukan pada 22 Agustus nanti. Departemen Luar Negeri AS mengatakan, sanksi rencananya akan menyasar barang ekspor daftar peralatan yang dianggap sensitif terhadap kemanan nasional, termasuk mesin turbin gas, sirkuit terpadu, dan peralatan kalibrasi yang digunakan dalam avionik.
Baca juga, Rusia Siapkan Lima Senjata untuk Hadapi Sanksi AS.
Serangan racun novichok
Sanksi juga akan membidik semua perusahaan negara atau perusahaan yang didanai Rusia. Paman Sam juga akan menghentikan operasional maskapai Aeroflot yang melayani penerbangan ke AS. Sanksi diprediski akan meluas hingga ke pelarangan ekspor AS ke Rusia di segala bidang.
Pemerintah Rusia sebelumnya mengecam sanksi baru tersebut. Mereka menilai jika sanksi terbaru itu merupakan deklarasi perang ekonomi terhadap Moskow. Rusia mengatakan, sanksi tidak hanya harus ditanggapi balik secara ekonomi tapi juga politik dan cara lain yang diperlukan.
Rusia mengatakan, meskipun AS menyampaikan alasan-alasan politik di balik sanksi-sanksi yang diterapkan kepada Rusia, tapi hal itu jelas dimaksudkan membatas kekuatan ekonomi Moskow. Menurutnya, dalam 100 tahun terakhir Rusia berada dalam kondisi tekanan konstan dari sanksi.