REPUBLIKA.CO.ID, Sarayah sedang menata terpal yang ia gunakan untuk tidur semalam di posko pengungsian di SDN 2 Kekait, Dusun Wadon, Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Rabu (15/8) pagi. Sudah lebih dari sepekan, dia dan dua anaknya tinggal di posko pengungsian dengan peralatan seadanya.
Gempa berkekuatan magnitudo 7 skala Richter (SR) membuat rumahnya roboh dan tak bisa lagi ditempati. Di posko pengungsian SDN 2 Kekait, ia bergabung bersama sekira 600 warga yang juga mengalami hal serupa.
Ibu berusia 60 tahun ini menyampaikan, pemilihan SDN 2 Kekait sebagai tempat pengungsian lantaran memiliki halaman yang luas dan dekat dengan permukiman warga terdampak. Letak SDN 2 Kekait cukup strategis lantaran berada di tepi jalur Mataram-Tanjung yang menghubungkan Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok Utara.
Jalan ini merupakan jalur favorit bagi warga Lombok yang ingin menuju Lombok Utara karena memiliki jarak tempuh yang relatif lebih cepat dengan mengitari bukit ketimbang melalui jalur Pantai Senggigi. Mengambil air bersih, hingga memasak dengan bahan baku yang terbatas menjadi keseharian warga di posko ini.
Namun, siang ini agak berbeda. Melalui pengeras suara disiarkan pengumuman bahwa Sandiaga Uno, bakal calon wakil presiden, akan mendatangi warga di posko ini. Ketika kabar disiarkan, posisi Sandiaga sedang melihat kondisi di Pasar Gunungsari atau sekira 750 meter atau dua menit dari posko pengungsian di SDN 2 Kekait.
Tanpa persiapan khusus, Sarayah memberanikan diri untuk berdesak-desakan dengan warga agar bisa menyuarakan aspirasinya kepada Sandiaga. Bukan rumah dan makanan yang ia minta kepada Sandiaga.
"Pak, coba dilihat masjid kami," teriak Sarayah kepada Sandiaga yang hendak naik ke mobil.
Sandiaga Uno menyambangi posko pengungsian di Dusun Wadon, Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, NTB, Rabu (15/8).
Kerasnya teriakan Sarayah membuat Sandiaga menghentikan langkahnya sejenak untuk mendengar aspirasi Sarayah. Sarayah memilih menyuarakan pembangunan Masjid Al Abror sebagai prioritas ketimbang rumahnya yang sudah rata dengan tanah.
Masjid Al Abror merupakan masjid utama bagi warga sekitar. Letaknya tepat di seberang SDN 2 Kekait.
Guncangan gempa membuat sejumlah menara masjid roboh, pun dengan bangunan di dalam masjid yang juga mengalami kerusakan berat. Beruntung, ia katakan, tidak ada korban jiwa bagi para jamaah yang sedang berada di dalam masjid saat malam kejadian.
"Alhamdulillah paling hanya luka ringan, tetapi masjidnya rusak total, di dalamnya juga runtuh, kita enggak ada yang berani shalat di sana," ucapnya.
Sarayah mengatakan masjid merupakan yang paling utama. Tanpa masjid, warga kesulitan beribadah.
Ia menilai, warga Lombok tidak bisa dipisahkan dengan masjid, sekali pun saat bencana melanda.
Bagi dia, dan warga Lombok lainnya fungsi masjid amatlah penting karena menjadi pusat ibadah dan juga sejumlah agenda warga di kampungnya.
Masjid Al Abror di Dusun Wadon, Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, NTB, yang rusak akibat gempa.
Sarayah menyebutkan, awalnya warga sekitar hendak merobohkan masjid untuk kemudian dibangun ulang. Namun, keterbatasan alat berat menjadi kendala hal ini belum bisa terealisasi.
Ia berharap adanya bantuan alat berat dan juga sumbangan untuk membangun masjid kembali. "Saya mohon masjid dibangun kembali karena tempat shalat keadaannya seperti ini di tenda, warga juga jumatan di sini enggak bisa ke masjid," kata dia berharap.
Selepas sampaikan aspirasi, Sarayah mengaku sedikit lega. Ia berharap, Sandi merealisasikan janjinya membangun masjid yang sudah roboh.
"Kalau dipegang janjinya alhamdulillah, kalau enggak ya kita mau bilang apa, syukuri saja karunia Allah, namanya musibah kita enggak tahu," lanjutnya.
Sarayah menyampaikan, kondisi anak-anak yang tidak bisa sekolah dan mengaji juga menjadi kekhawatirannya. Begitu pula kebutuhan mendasar lain seperti tenda, sembako, selimut, terpal, dan asupan gizi untuk bayi.
Ia mengatakan banyak warga yang membeli sendiri kebutuhan-kebutuhan itu. Namun, ia berharap pembangunan masjid menjadi prioritas bagi para donatur yang hendak menyisihkan dananya.