REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah kejadian kereta cepat light rail transit (LRT) yang mogok saat uji coba di Palembang, Sumatera Selatan, PT LRT Jakarta melakukan evaluasi agar hal itu tak terulang. Salah satunya yaitu memperbanyak pengetesan yang dilakukan untuk memastikan faktor keselamatan terjamin.
"Mungkin waktu pengetesannya diperbanyak. Pagi, siang, malam. Kalau malam itu uji dinamis terus," kata Direktur Utama PT LRT Jakarta Allan Tandiono di Stasiun Velodrome, Rawamangun, Jakarta Selatan, Rabu (15/8).
Allan menjelaskan, sebagai uji coba, LRT Jakarta harus menempuh jarak 2.000 kilometer. Pada saat masih di pabriknya, yakni di Korea Selatan, kereta itu telah menempuh 500 kilometer. Setelah dikirim ke Jakarta pada pertengahan April lalu, hingga kini kereta itu telah mencapai jarak 1.500 kilometer.
"Jadi total 2.000 kilometer kita tes. Itu tahapan yang kita lakukan untuk memastikan jangan sampai ada kejadian yang tidak diinginkan," ujar Allan.
Selain itu, PT LRT Jakarta juga meningkatkan perhatian pada masalah keselamatan. Perusahaan itu mengatur kecepatan kereta pada saat uji coba. Hal itu merupakan saran dari Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan para Direktur Jakarta Propertindo.
"Jadi memang ya berangkat dari kejadian di Palembang, Pak Menhub, Dirut Jakpro selalu mengingatkan kita untuk hati-hati. Jangan ada hal-hal safety yang terlewat," kata Allan.
Pada saat uji coba, Rabu (15/8), LRT Jakarta berjalan dengan kecepatan 40 kilometer per jam pada lintasan lurus. Saat memasuki stasiun, juga pada setiap belokan, kereta itu melambat hingga kecepatan 25 kilometer per jam.
"Itu karena pelan supaya ruang bebasnya aman. Kita nggak mau kereta kesenggol atau apa. Karena kalau ada sesuatu di stasiun tersebut kereta mendadak berhenti karena kalau cepat kan nanti kebablasan," ujar dia.
Allan menambahkan, uji operasi yang dilakukan pada Rabu ini bukan ajang pamer. Tahap itu dilakukan untuk mengetes prasarana, jalur, rel, dan bangunan stasiun. Apabila sudah berjalan normal, kereta itu bisa melaju hingga kecepatan 80 kilometer per jam.
LRT Jakarta ditargetkan melakukan perjalanan dari stasiun satu ke stasiun lain selama 1,5 menit. Di tiap stasiun, waktu henti ditargetkan hanya 30 detik.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta maaf atas kejadian mogok kereta ringan atau light rail transit (LRT) Palembang, Sumatera Selatan. Setelah kejadian itu, Kementerian Perhubungan akan melakukan evaluasi secara maksimal.
Budi mengatakan, evaluasi maksimal dilakukan agar kejadian serupa tidak kembali terulang. "Saya minta maaf atas kejadian ini. Ini bukan excuse (berdalih), memang LRT Palembang upaya kami memberanikan diri untuk segera menggunakan produk dalam negeri," katanya ketika ditemui di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Selasa (14/8).
Sejak resmi beroperasi membawa penumpang pada 23 Juli 2018, pada 1 Agustus 2018, LRT Palembang berhenti mendadak di dua kilometer sebelum Stasiun Jakabaring akibat pintu tidak dapat ditutup lantaran sensor keselamatan sangat sensitif. Kemudian pada 10 Agustus 2018, LRT juga berhenti mendadak di Stasiun Bumi Sriwijaya karena VDU (Vehicle Display Unit) tidak dapat membaca posisi kereta.
Lalu kejadian serupa kembali terjadi saat LRT Palembang membawa ratusan penumpang pada Ahad (12/8) sore. Terhadap tiga kejadian itu, dilakukan evakuasi penumpang karena kejadian kereta berhenti telah melebihi 20 menit. Penumpang kemudian digiring petugas melintasi jalur pejalan kaki yang ada di sisi rel yang aman dari arus listrik untuk menuju stasiun terdekat, seperti sempat viral di media sosial.