Rabu 22 Aug 2018 06:24 WIB

ICMI: Idul Adha Jadi Momentum Buang Ego Politik

Seluruh komponen bangsa diminta untuk mendoakan korban gempa di Lombok.

Rep: Ali Mansur/ Red: Muhammad Hafil
Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie memberikan paparanya saat acara Diskusi Dialektika ICMI di Kantor Pusat ICMI, Jakarta, Rabu (11/7).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie memberikan paparanya saat acara Diskusi Dialektika ICMI di Kantor Pusat ICMI, Jakarta, Rabu (11/7).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) mengimbau agar hari raya Idul Adha 1439 Hijriah dapat menjadi pemicu semangat anak bangsa untuk saling berlomba melakukan kebaikan (fastabiqul khaerat). Apalagi momentum perayaan Idul Adha tahun ini ternyata beriringan dengan musibah bencana alam gempa bumi yang dialami masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB).

Dengan begitu bisa menjadi momentum yang tepat menunjukkan bahwa sesama anak bangsa mampu berkorban membantu saudaranya. "Tak perlu membuat gaduh di media massa dan media sosial. Jika ingin membantu saudara-saudara kita di NTB silahkan saja tanpa membuat kegaduhan. Dengan cara dan kerja masing-masing, mari berbagi untuk korban gempa bumi di NTB," ujar Ketua Umum ICMI, Jimly Asshiddiqie, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (21/8).

Menurut Jimly, seharusmya yang dilakukan sesama anak bangsa terhadap korban bencana alam gempa bumi di NTB dalam suasana semangat Idul Adha adalah dengan semakin meningkatkan kepedulian.

Jimly meminta agar semangat hari raya Idul Adha mampu menjadikan seluruh kelompok masyarakat untuk dapat mengorbankan ego kepentingan politik masing-masing yang saat ini kebetulan berada di tahun politisi. "Tak perlu menjadikan bencana alam di NTB sebagai isu komoditas politik, seharusnya kita saling membantu meringankan penderitaan para korban yang sudah hampir kehilangan tempat tinggal dan pekerjaan, misalnya dengan rekonstruksi dan renovasi," ucap Jimly.

Jimly meminta, semua komponen masyarakat Indonesia, terutama umat Islam, pada hari raya Idul Adha tahun ini mendoakan para korban bencana alam gempa bumi di NTB supaya selalu dalam kondisi baik-baik dan musibah tak terjadi lagi.

Terkait munculnya perbedaan waktu hari raya Idul Adha antara Arab Saudi dan Indonesia, Jimly menuturkan, supaya tidak dipermasalahkan perbedaannya. Sebab, ucap Jimly, ada kalangan masyarakat yang pada Selasa (21/8) juga telah melaksanakan shalat Idul Adha. “Terjadinya perbedaan pelaksanaan shalat Idul Adha tak perlu dibesar-besarkan. Itu lumrah saja selama masing-masing pihak punya landasan hukum yang kuat dalam agama,” kata Jimly.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama telah menetapkan bahwa hari raya Idul Adha 1439 Hijriah atau tahun 2018 pada hari Rabu (22/8). Keputusan tersebut diambil melalui sidang isbat menggunakan pedoman yang ditetapkan Majelis Ulama Indonesia.

Namun, di Arab Saudi telah ditetapkan bahwa Idul Adha tahun ini adalah Selasa (21/8). Tidak samanya penetapan hari raya Idul Adha itu disebabkan ada perbedaan mathla' atau tempat terbitnya bulan baru atau hilal antara Arab Saudi dan Indonesia. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement