Sabtu 01 Sep 2018 23:15 WIB

Bos Alibaba Ingin Dirikan Jack Ma Institute di Indonesia

Jack Ma Institute untuk mengembangkan sumber daya manusia bidang ecommerce.

Red: Nur Aini
Chairman eksekutif Alibaba Group, Jack Ma
Foto: The Star
Chairman eksekutif Alibaba Group, Jack Ma

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara mengungkapkan pertemuan Presiden Joko Widodo dan bos Alibaba Grup memunculkan pendirian Jack Ma Institute di Indonesia. Institusi tersebut untuk pengembangan sumber daya manusia bidang e-commerce (perdagangan daring).

"Kita tahu kan yang besar di Indonesia, unicorn itu talent-nya kadang-kadang berasal dari India, Bangalore, dari luar negeri. Jadi kita kembangkan di dalam negeri," kata dia usai mendampingi Presiden menerima Bos Alibaba Grup Jack Ma di Istana Bogor, Sabtu (1/9).

Menurut Rudiantara, pendirian Jack Ma Institute tidak hanya untuk memasok talenta di dalam negeri. Hal itu juga untuk menjadikan Indonesia pemasok talenta untuk negara-negara di regional. "Talenta ini menjadi isu nomor satu di dunia, saking cepatnya pertumbuhan digital ekonomi ini, sumber daya manusianya yang belum bisa ngejar itu," katanya.

Rudiantara juga mengungkapkan bahwa detail pendirian Jack Ma Institute akan dibahas di tingkat menteri. "Besok dibahas detailnya. Bagaimana kita 'memanfaatkan' pemikiran-pemikiran Jack Ma sebagai 'guru' dan beliau juga sebagai advisor terhadap steering commitee," katanya.

Selain mempersiapkan SDM, kata Rudiantara, pemerintah juga telah menyiapkan kebijakan bagi para pemain usaha rintisan. Pemerintah mengirimkan perwakilan untuk mengusulkan sistem edukasi kepada Alibaba untuk menyesuaikan antara regulasi, para pemain usaha rintisan, dan masyarakat.

"Kita sudah kirim 27 orang. Kalau tidak salah 'goverments senior officer' ke Alibaba. Nanti kita kembangkan di Indonesia jadi seimbang antara 'players', antara masyarakat, dan pembuat kebijakan. Semua harus seimbang, konsepnya sih gitu," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement