REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Institut Pertanian Bogor (IPB) memiliki berbagai cara memerangi aksi plagiat oleh mahasiswanya. Namun, salah satu perguruan tinggi ternama di tanah air itu masih kesulitan membendung praktik penjiplakan dari pihak luar kampus.
Dekan Fakultas Pertanian IPB, Ernan Rustiadi, mengatakan rencana pemerintah memberlakukan publikasi karya ilmiah sebagai syarat kelulusan dapat mencegah dan mengurangi plagiarisme yang tengah marak di dunia akademik Indonesia. Namun, jika kebijakan itu dilakukan secara tidak tepat dan cermat, bukan tidak mungkin akan berdampak sebaliknya. "Seharusnya bisa mengurangi, karena itu mempermudah penelusuran terhadap karya-karya yang sudah ada," kata dia, Ahad (26/2).
Di lingkungan IPB sendiri, lanjut Ernan, sudah ada mekanisme tersendiri untuk mengantisipasi praktik plagiat. Pertama, para dosen dibekali standar operasional tertentu dalam membimbing mahasiswa mengerjakan karya ilmiah. "Kemudian dosen juga meminta bukti-bukti bacaan atau sumber yang dikutip," jelas Ernan.
Kedua, lanjutnya, seluruh karya ilmiah mahasiswa dipublikasikan secara online pada portal universitas. Dengan demikian, setiap upaya penjiplakan dapat terdeteksi melalui penulusuran portal online tersebut. "Berkat mekanisme ini, praktik plagiat di lingkungan kampus relatif tidak ada."
Namun, publikasi secara online inilah yang menurut Ernan juga membuka keran plagiarisme dari pihak luar kampus. "Setiap orang bisa saja mengakses karya-karya ilmiah yang ada di sana. Kami pun tidak bisa mengawasi kalau itu disalahgunakan oleh mereka," ujar dia.