REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gumilar Somantri meletakkan jabatannya sebagai Rektor Universitas Indonesia, Selasa (14/8). Gumilar lalu menyerahkan jabatan tersebut kepada PJs Djoko Santoso dalam sidang serah terima jabatan Rektor UI yang digelar di Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Jakarta, Selasa (14/8).
Serah terima jabatan itu menyusul desakan dari para mahasiswa UI yang meminta Gumilar lengser dari kursi rektor kampus biru tersebut. Pada Selasa pagi sebelum serah terima jabatan tersebut, BEM UI melangsungkan aksi tutup lambang makara UI di bundaran Fakultas Psikologi UI. Aksi tersebut sebagai simbol berkabung dengan kondisi UI.
"Berkabung karena Rektor yang tiran dan tidak dipercayai publik. UI harus segera berbenah diri agar ke depan berani bersikap," tulis Wakil BEM UI 2012, Rosidi Rizky Andi dalam akun twitter pribadinya @rosidirizkyandi.
Dalam sidang tersebut, Rosidi bersama kedua rekannya menjadi salah satu perwakilan dari BEM UI yang diperkenankan masuk mengikuti sidang serah terima jabatan. "Setelah bernegosiasi perwakilan yang diperkenankan masuk tiga orang yaitu saya dan dua rekan saya dengan penjagaan ketat keamanan," tulis Rosidi.
Pidato pertama disampaikan Gumilar Somantri yang isinya lebih menekankan ucapan terima kasih dan siap membantu UI. Kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan serah terima jabatan Rektor UI kepada PJs Djoko Santoso yang dipimpin Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UI, Said Agil.
Dalam kesempatan itu, Said Agil menyatakan agar kisruh UI tidak perlu dibawa ke media massa, dan cukup diselesaikan secara internal. Said juga memuji prestasi yang ditorehkan Gumilar.
Said Agil menyebut, permasalahan UI-Gumilar serupa dengan permasalahan yang dihadapi mendiang KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ia menyebut sebelum menjadi Presiden RI, Gus Dur dipuji-puji media. Tapi ketika menjadi presiden banyak dihujat media dan kembali dipuji setelah meninggal.