REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Universitas Groningen (Rijks Universiteit Groningen/ RUG) bekerjasama dengan Indonesia dan Bank Dunia (World Bank/ WB) menyelenggarakan kegiatan SInGA (Spirit Indonesia Groningen) Spring Conference bertempat di Oude Rechtsbankzaal,Groningen.
Konferensi semacam ini baru sekali dilakukan dan pelaksanaannya dikaitkan dengan dies natalis RUG ke 400 tahun, demikian Sekretaris Pertama KBRI Denhaag , Danang Waskito kepada Antara London, Sabtu.
Dubes RI Den Haag, Retno L.P. Marsudi merupakan salah satu nara sumber (keynote speaker) dalam konferensi tersebut, sementara nara sumber lainnya adalah Mr. Rudolf Traffers (mantan Executive Director WB/ mantan Dubes Belanda untuk Indonesia) dan Mr. Theo Thomas (Leader PublicSector WB Brussels).
Konferensi dihadiri sekitar 50 undangan, antara lain Presiden Universitas Groningen, Prof. dr. Silbrand Poppema, perwakilan dari World Bank, Royal Netherlands Academy of Arts and Sciences (KNAW), civitas akdemika dan peneliti di beberapa institusi pendidikan Belanda, mahasiswa Indonesia kandidat doktor di Groningen University, dan undangan lainnya.
Dalam sambutannya Dubes Retno L.P. Marsudi, menjelaskan berbagai perkembangan positif Indonesia di berbagai bidang (ekonomi, politik, sosial kemasyarakatan, otonomi daerah/ desentralisasi, dan lainnya) serta keterkaitannya dengan pembangunan Indonesia saat ini.
Sebagai negara demokratis terbesar ketiga di dunia yang stabil, dengan pertumbuhan ekonomi tahunan dan hampir seluruh indikator perekonomian yang cukup baik, Indonesia membuktikan berada dalam "jalur yang benar".
Demokrasi yang sudah berkembang di Indonesia juga telah mencapai "a point of no return". Mengutip apa yang disampaikan oleh Wakil Presiden Indonesia pada saat kuliah umum di Universitas Leiden, masa depan Indonesia akan sangat dipengaruhi bagaimana Indonesia mengatasi tiga tantangan, yaitu: infrastruktur; peningkatan sumber daya manusia (pendidikan) serta reformasi institusi di Indonesia.
Pandangan senada juga disampaikan pembicara lainnya, Dubes Treffers dan Theo Thomas. Keduanya juga mengapresiasi program/ kebijakan pembangunan di Indonesia antara lain kebijakan "pro poor, pro growth", pengentasan/ pengurangan kemiskinan, mekanisme audit institusi yang meningkat, transparansi yang semakin baik, dan lainnya.
Meski demikian, keduanya juga menjelaskan beberapa tantangan ke depan antara lain distribusi pendapatan/ kemakmuran, business environment, dan kontrol anggaran.
Sampai tahun 2014 tercatat 25 mahasiswa Indonesia di Belanda (13 mahasiswa program doktor dan 12 mahasiswa program Master) yang menerima beasiswa SPIRIT, demikian Danang Waskito.