REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Universitas Trunojoyo Madura (UTM) mengembangkan jagung hibrida varietas lokal Madura. Varietas ini disebut meningkatkan produktivitas jagung hingga dua kali lipat.
“Tanaman jagung hybrid varietas lokal ini telah mendapatkan sertifikasi dari Balitsereal Balitbang Kementerian Pertanian dengan nama Jagung M-1, M-2, dan M-3. Varietas ini akan terus dikembangkan hingga M-6,” jelas Rektor Universitas Trunojoyo Madura Muhammad Syarief dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Percepatan Swasembada Tanaman Jagung dan Pembangunan Madura di UTM Bangkalan, Madura, Selasa (11/4).
Jagung hibrida hasil riset UTM ini mampu menghasilkan 7,9 ton per hektare. Hasil tersebut lebih banyak dibandingkan jagung lokal Madura yang hanya menghasilkan 2,5 ton per hektare. Jagung hibrida tersebut diharapkan mampu mendorong produktivitas jagung di Madura yang masih tergolong rendah.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mendukung langkah UTM untuk mengembangkan jagung hibrid Madura melalui proses penelitian dan pengembangan. Selain dengan meningkatkan produktivitas, juga perlu dilakukan perluasan areal tanam untuk meningkatkan produksi jagung Madura.
Perluasan lahan tersebut membutuhkan komitmen kuat dari kepala daerah yang dibantu unsur Muspida seperti Dandim dan Kapolres. “Perluasan ini bisa dilakukan dengan melibatkan unsur perguruan tinggi seperti MoU dengan UTM ini. Tapi saya minta dicek betul tanahnya, jangan tanah yang bermasalah,” ucap Pakde Karwo, sapaan akrabnya, melalui siaran pers diterima Republika.co.id.
Langkah lainnya, Pakde Karwo meminta para bupati di Madura untuk menyiapkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) agar memberikan kredit murah bagi para petani jagung. Model ini bisa dilakukan melalui skema loan agreement, yakni meminjamkan uang dari APBD, tanpa meminta jasa giro. Pinjaman ini kemudian disalurkan menjadi kredit murah dan asuransi bagi petani jagung. “Bunganya harus satu digit, misal 7 persen. Pemprov sudah melakukan ini di Bank UMKM dan Bank Tani,” imbuhnya.
Pakde Karwo optimistis jika langkah-langkah tersebut dilakukan maka Madura bisa menjadi daerah penghasil jagung yang sangat potensial. Terlebih, luas areal tanam jagung di Madura sekitar 30 persen dari areal tanam jagung di Jawa Timur. Luasnya mencapai 360 ribu hektare dari total 1.215.354 hektare areal pertanaman jagung di Jatim.
Ia menambahkan, permasalahan sektor pertanian saat ini dari total 36,49 persen tenaga kerja sektor pertanian di Jatim hanya menyumbang 13,31 persen PDRB Jatim. Solusi masalah tersebut ada dua. Pertama, meningkatkan produktivitas dan Indeks Pertanaman (IP) dengan agro input, pengairan dan bibit bagus. Kedua, petani diminta tidak menjual produk pertanian yang belum diolah.
Pada 2015, kinerja sektor pertanian Jatim mengalami surplus 5,23 juta ton beras dan surplus 3,4 juta ton jagung. Sementara kedelai defisit 46,9 ribu ton. Namun, produksi kedelai Jatim menyumbang 57 persen dari total kedelai nasional. “Kedelai ini susah didorong karena organisme pengganggu tanamannya sangat tinggi,” katanya.
Selanjutnya, produksi susu dari Jatim menyumbang 55 persen susu nasional atau surplus 75.082 ton. Produksi telur di Jatim surplus 115.0952 ton atau menyumbang 28 persen produk susu nasional. Sedangkan, daging sapi Jatim surplus 30.654 ton atau menyumbang 22 persen daging nasional.