REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Era Rovolusi Teknologi 4.0 tidak hanya berdampak pada pengusaha transportasi, tetapi saat ini dampaknya telah mempengaruhi tatanan usaha pada jasa keuangan, seperti kehadiran fintech yang telah menjadi alternatif bagi masyarakat. Tentunya percepatan perubahan ini menjadi tantangan perguruan tinggi dalam menyiapkan tenaga kerja yang mampu bersaing dan bertahan pada tantangan baru di era revolusi teknologi 4.0.
Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Indra Cahya Uno saat menjadi pembicara di Seminar BSI Digination yang diselenggarakan di Bina Sarana Informatika (BSI) kampus Bogor yang bertajuk ‘Kesiapan Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Dalam Menghadapi Era Digital & Revolusi Teknologi 4.0’ di aula AMIK BSI Bogor, Senin (4/6).
Menurut Indra, menghadapi era disruptif saat ini mahasiswa maupun perguruan tinggi memiliki dua peran penting. Pertama, bagaimana perguruan tinggi mampu menciptakan lulusan yang memiliki kompetensi yang baik dan siap dipakai oleh industri. Dan kedua, siap menciptakan lulusan yang mampu mengikuti pasar dan mendefinisikan pasar.
“Untuk kedua peran tersebut, perguruan tinggi yang menentukan sendiri. Seperti BSI yang saya lihat telah memiliki inovasi-inovasi, seharusnya mampu mendefenisikan pasar yang nantinya mampu menjadi market leader,” kata Indra.
Indra menambahkan, bahwa sebagai market leader perguruan tinggi seharusnya telah menciptakan wirausahawan yang memiliki pemikiran inovatif, kreatif dan mumpuni dalam pengelolaan usaha. Selain itu juga menciptakan tenaga kerja lainnya untuk bekerja dengan para wirausahawaan tersebu, seperti di bidang pemasaran, keuangan maupun kemampuan lainnya.
“BSI ini yang memiliki berbagai program studi dan bidang ilmu dapat menjadi fasilitator tumbuh kembangnya keahlian dan kompetensi mahasiswa yang belajar di BSI. Mahasiswa tersebut dibuatkan fasilitas komunitasnya, sehingga setelah lulus menjadi alumni yang menjadi kuat dan akhirnya dapat berkontribusi kembali ke BSI,” ujar Indra.
Lebih lanjut Indra mengatakan, sedangkan untuk mahasiswa BSI seharusnya ketika masuk perguruan tinggi sudah dapat memutuskan, apakah ketika lulus kuliah ingin menjadi pencari kerja atau pemberi kerja. Tetapi tren saat ini, sebagian lulusan perguruan tinggi telah berkeinginan menjadi wirausaha.
“Contohnya jumlah mahasiswa BSI yang akan lulus sebanyak 1000 mahasiswa. Katakan 2% dari 1.000 mahasiswa, yakni 20 mahasiswa saja menjadi wirausahawan dapat merekrut 980 mahasiswa sisanya untuk bekerja kepada wirausahawan tersebut,” kata Indra.
Tentunya untuk mencapai target tersebut, menurut Indra, perguruan tinggi harus mampu merubah pola pikir mahasiswanya. Ketika lulus tidak lagi pencari kerja, tetapi menjadi pemberi kerja atau wirausahawan menjadi tujuan utama karirnya.
“Karena bukan rahasia umum lagi, kedepannya pengangguran di Indonesia akan terus bertambah. Wirausahawan atau pemberi kerja yang diciptakan oleh kampus ini menjadi salah solusi untuk menekan jumlah angka pengangguran yang semakin meningkat. Saya melihat BSI dengan segala inovasi digitalisasi yang dimiliki mampu untuk menjadi bagian dari solusi tersebut dengan menciptakan banyak wirausahawan muda di bidang tekonologi maupun bidang lainnya,” ujar Indra.