Kamis 29 Nov 2018 17:47 WIB

Menristekdikti: Perguruan Tinggi Jangan Asyik Sendiri

Pada era disrupsi penting untuk melakukan kolaborasi.

Red: Fernan Rahadi
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti), Mohamad Nasir (tengah) saat meresmikan Honeywell-UGM Connected Laboratory di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (28/11).
Foto: dokpri
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti), Mohamad Nasir (tengah) saat meresmikan Honeywell-UGM Connected Laboratory di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia dinilai selama ini telah keasyikan mengurusi dirinya sendiri. Sehingga mereka lupa jika pada era disrupsi kali ini penting untuk melakukan kolaborasi dengan pihak lain, termasuk dunia industri.

"Dunia pendidikan tinggi selama ini terlalu asyik dengan dunianya sendiri," kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti), Mohamad Nasir, usai meresmikan Honeywell-UGM Connected Laboratory di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (28/11).

Oleh karena itu, kata Nasir, dunia pendidikan tinggi harus segera berbenah jika tak ingin tertinggal dari negara lain. Ia mengeluhkan salah satu masalah yaitu rendahnya jumlah peneliti yang dihasilkan oleh perguruan tinggi di Indonesia.

Nasir memaparkan, rasio jumlah peneliti dengan jumlah penduduk di Indonesia adalah 1.000 peneliti berbanding 1 juta penduduk. Angka ini jauh lebih rendah dari negara-negara tetangga sebut saja Singapura dan Malaysia.