REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adalah Sarah Alya Firnadya. Gadis yang bersekolah di SMAN 8 Jakarta ini merupakan salah satu peraih nilai Ujian Nasional (UN) tertinggi tahun 2013 dengan nilai rata-rata 9,73.
Gadis kelahiran 17 April 1996 ini merupakan anak dari Ayah yang seorang profesor teknis mesin di Universitas Indonesia dan ibu yang berprofesi sebagai dokter di puskesmas. Sulung dari empat bersaudara ini mengaku terkejut saat namanya tercantum dalam sepuluh siswa peraih nilai UN tertinggi nasional.
Lantaran ia tidak pernah memasang target untuk mendapatkan predikat tersebut. "Saya cuma target nilai Matematika harus dapat 100, dan pelajaran MIPA lain harus di atas 90," ujar gadis berambut sebahu ini.
Sarah mengaku baru mendapatkan peringkat tiga besar saat kelas XII saja. Sebab, ketika masih kelas X dan XI, Sarah belum bisa fokus belajar karena konsentrasinya terbagi untuk kegiatan organisasi di OSIS SMAN 8.
Barulah saat menginjak kelas XII, ia berkomitmen untuk lebih memfokuskan diri pada belajar. Namun demikian, penyuka komik Naruto ini mengaku tidak memiliki kiat belajar khusus menjelang UN. Menurut Sarah, pola belajar dia sama dengan siswa lainnya.
Sehari-hari Sarah belajar di sekolah mulai pukul 06.30 WIB hingga pukul 15.15 WIB. Saat pendalaman materi di sekolah tersebut, ia banyak berlatih mengerjakan soal-soal yang diberikan guru. Kalau ada soal yang tidak dimengerti, biasanya Sarah akan mendiskusikan bersama dengan teman-temannya.
Selepas belajar di sekolah, Sarah kembali mengikuti bimbingan belajar hingga pukul 20.00 WIB. "Biasanya sampai rumah sudah tinggal istirahat saja," ujar remaja yang hobi nenonton film ini.
Kerja kerasnya dalam mempersiapkan UN tersebut berbuah manis. Nilai UN Sarah berhasil menempati peringkat sepuluh nasional. Atas prestasinya tersebut, Sarah langsung diterima untuk melanjutkan studi di Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Universitas Indonesia, sesuai dengan cita-citanya.
Menurut Sarah, awalnya dia belum memiliki rencana akan memilih jurusan apa saat kuliah nanti. Namun setelah berdiskusi dengan ayahnya, ia mantap memilih jurusan Teknik Material dan Metalurgi sebagai bidang studinya. Alasannya karena belum banyak orang Indonesia yang menekuni bidang tersebut.
"Prospek ke depannya juga lebih bagus. Nanti bisa masuk ke industri otomotif untuk buat pesawat dan kereta, seperti Pak Habibie," kata dia yang pernah mengikuti kelas akselerasi saat SMP ini.
Remaja yang duduk di kelas XII IPA C tersebut mulanya bercita-cita melanjutkan kuliah di Universitas Duisburg-Essen Jerman. Namun, ia belum mampu memenuhi standar ujian bahasa yang merupakan salah satu syarat kuliah di negeri itu.
Karenanya, setelah lulus dari UI nanti, ia berencana melanjutkan S2 di Jerman. Menurut dia, Jerman dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kualitas pendidikan terbaik di dunia, khususnya untuk bidang teknik. Terbukti, ilmuan kebanggaan Indonesia BJ Habibie pun pernah mengenyam pendidikan di Jerman.