Ahad 01 Sep 2013 22:10 WIB

Kemendikbud Dinilai Terlalu Terburu-buru Membuat Buku

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Buku Pelajaran
Buku Pelajaran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Temuan kata-kata yang tak layak dalam buku pelajaran, menuai kecaman semua pihak. Salah satunya, LSM Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI).

Menurut Sekjen FSGI, Retno Listyarti, adanya kata kasar dan tak pantas dalam buku Bahasa Indonesia kelas 7 kurikulum 2013, semakin menguatkan dugaan banyak pihak selama ini. Yaitu, buku kurikulum baru dibuat dengan terburu-buru.

''Terbukti sudah kan. Saking terburu-burunya maka cerita dalam teks ini abai dikoreksi,'' ujar Retno kepada Republika, Ahad (1/9).

Menurut Retno, pembelaan pihak penulis dan Kemendikbud bahwa cerita itu dipilih untuk menunjukan keragaman karakter baik dan buruk adalah upaya pembenaran yang tidak tepat. Untuk menunjukkan karakter antagonis, tidak perlu sampai mendidik siswa mengenal kata-kata kasar dan tak patut.

Selain itu, kata Retno, Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 dinyatakan diajarkan dengan berbasis teks. Maka, sangat diperlukan ke kreatifan penulis memilih teks-teks yang tepat dan cerdas.

Pemilihan teks semacam ini, kata dia, bahkan di klaim sebagai contoh karya sastra oleh pihak Kemendikbud, menunjukkan bahwa penulis dan editor serta revier bukunya tidak paham karya sastra dengan baik.

Padahal, masih banyak karya sastra bermutu yang sangat tepat diajarkan pada siswa. ''Ini lah kalo semangat partispatif tidak dihargai dan diakomodasi oleh Kemendikbud,'' katanya.

Setelah ada temuan ini, kata dia, seharusnya Kemendikbud langsung menarik dan merevisi buku Bahasa Indonesia. Kemendikbud juga, kata dia, jangan ngotot mencari pembenaran. Karena, masyarakat Indonesia sudah banyak yang cerdas dan kritis.

''Jadi, sebaiknya minta maaf dan akui saja kemudian revisi. Begitu aja kok repot. Makin ngotot malah makin membuat masyarakat marah,'' katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement