REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nizam mengatakan pelaksanaan ujian nasional berbasis computer atau "computer based test" tidak menambah anggaran penyelenggaraan. "Kami tidak ingin mendorong pengadaan komputer, gunakan 'resources' (sumber daya) yang ada," katanya Gedung Kemendikbud, Jakarta, Senin (23/2).
Ia mengatakan pihaknya tidak mengeluarkan dana apapun untuk penyediaan komputer untuk penyelenggaraan UN sehingga tidak membutuhkan anggaran tambahan. Melainkan, katanya, pihaknya, memberdayakan sumber yang dimiliki sekolah seperti komputer yang sudah digunakan siswa belajar sehari-hari.
"Yang penting sekolah siap. Prinsipnya kami melayani, memfasilitasi yang melakukan perubahan UN CBT," ujarnya.
Ia mengatakan pihaknya membantu sekolah yang siap dan memiliki sumber daya untuk melaksanakan UN dengan sistem CBT. Ia mengatakan pemakaian laptop mungkin dilakukan untuk mendukung penyelenggaraan UN CBT, namun laptop harus dikarantina terlebih dahulu sehingga terhindar dari virus dan dapat beroperasi secara optimal saat UN berbasis computer berlangsung.
Ia mengatakan pengujian UN berbasis komputer itu dilakukan dalam tiga gelombang untuk mengujikan satu mata pelajaran per harinya. Untuk itu, lanjutnya, pihaknya akan menerapkan sistem pengacakan soal sehingga tidak ada pertukaran informasi tentang soal ujian. Nizam mengatakan sistem CBT telah dikembangkan sejak lima atau enam tahun lalu pada sejumlah penilaian.
"Sudah lama kami kembangkan, sudah dipakai ke dalam berbagai penilaian seperti tes cpns," ujarnya.
Ia mengatakan ujian dengan sistem CBT telah dilakukan pada tahun lalu pada sekolah-sekolah Indonesia di luar negeri. Tahun lalu, sudah dilaksanakan CBT di luar negeri seperti di Kuala Lumpur dan Singapura itu sudah CBT ujiannya. Kemudian, lanjutnya, sistem CBT itu akan dilakukan pada skala yang lebih luas yakni pada UN di Indonesia.