REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyebutkan, permasalahan teknis masih mendominasi pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tahun 2018. Mulai dari mati listrik, soal tidak bisa di klik, kekurangan komputer, sampai ujian yang baru selesai hampir pukul 19.00.
"Kami buka posko pengaduan di berbagai daerah, dan mayoritas mengeluhkan hal teknis itu pada pelaksanaan SMK tahun 2018 ini," kata Sekretaris Jenderal FSGI Heru Purnomo, Selasa (3/4).
Heru mengungkapkan, misalnya disalah satu sekolah di Bima ada yang hanya memiliki 5 unit komputer, padahal kebutuhan keseluruhan sebanyak 63 unit. Kekurangan komputer ini dimungkinkan terjadi pula di daerah lainnya.
Menurut Heru, di Nusa Tenggara Barat (NTB) Sepeti Bima, Dompu, dan Lombok Utara ada yang sempat mengalami server offline akibat listrik padam, dan ketika listrik menyala harus melakukan pengaturan ulang server karena virtual mechine mengalami gangguan.
Misalnya, di SMKN 1 Kilo, Dompu NTB pelaksanaan UNBK SMK sempat tertunda sehingga sesi pertama dimulai cukup siang, akibatnya seluruh sesi juga tertunda, akhirnya UNBK baru berakhir pukul 19.45 Wita.
Begitupun halnya dengan Kabupaten Bima, siswa SMKN 4 terpaksa menggunakan Genset karena listrik mati sejak pagi. Di SMKN 1 Bima bahkan terpaksa dilayani dengan Token Offline dari Dinas Provinsi karena jaringan internet terputus akibat jaringan Fiber Optik Telkom terganggu.
"Lain lagi dengan Lombok Utara, di SMKN 1 Pemenang dan SMKN 1 Tanjung, ditemukan soal yang pilihan jawaban yg tidak bisa click dan solusinya dengan menggunakan keybord, itupun option E tidak bisa," ungkap Heru.
Adapun dibeberapa daerah lain yang dipantau, seperti Jambi, Tasikmalaya dan DKI Jakarta FSGI menilai pelaksanaan UNBK hari pertama cukup lancar. Hinggasaat ini pun, FSGI belum ada laporan tentang kebocoran, kecurangan atau penyimpangan dalam pelaksanaan UNBK SMK.
"Belum ada laporan kecurangan. Secara umum UNBK SMK hari pertama berjalan lancar, namun kendala-kendala teknis masih tetap terjadi," jelas Heru.
Namun dengan masih terjadinya hal teknis tersebut, tentunya perlu dijadikan evaluasi dan perbaikan ke depan. Sebab, Heru melanjutkan, masalah teknis tentu bisa mempengaruhi psikologis anak dalam mengikuti ujian.