REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi X DPR RI, Ledia Hanifa merekomendasikan adanya evaluasi dan pembenahan untuk pelaksanaan ujian nasional (UN) tahun depan. Dia mencatat setidaknya ada tiga hal yang mesti dievaluasi, salah satunya penggunaan soal bernalar tinggi atau High Order Thinking Skill (HOTS).
Ledia menegaskan, jika pemerintah tetap bersikeras menggunakan soal HOTS dalam UN, pengenalan bentuk soal tersebut mesti mulai dilakukan sejak siswa masuk ke SMP, atau SMA sederajat. Selain itu, menurut dia, pemerintah harus memastikan para guru memahami metode HOTS secara merata.
"Persoalan kedua itu soal hal teknis yang masih banyak terjadi, tahun depan pemerintah harus sudah mengantisipasi semua persoalan teknis seperti mati listrik, server down, dan lain-lain," kata Ledia ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (29/4).
Persoalan selanjutnya, kata Ledia, berhubungan dengan pemerataan pendidikan dan minimnya akses di daerah pinggiran. Karena itu, dia meminta, agar pemerintah memastikan daerah terluar, terdepan dan terpencil (3T) akses UN-nya lancar.
"Ketiga, pastikan daerah 3T dapat terakses dengan baik dengan hal-hal teknisnya," kata Ledia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, secara umum hasil UN 2018 untuk SMA atau SMK sederajat sangat bagus. Meskipun pada beberapa mata pelajaran hasilnya ada yang sedikit menurun.
"Secara umum bagus di luar perkiraan kami. Terutama yang sempat mencuat ke permukaan itu masalah sulitnya soal, karena sebenarnya tidak banyak, kurang dari 10 persen total soal," kata Muhadjir.