REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Orang tua dan siswa-siswi SMAN 19 Bandung berunjuk rasa di lapangan sekolah. Mereka memprotes iuran Edubox yakni sebuah aplikasi pembelajaran daring untuk siswa dan guru.
Menurut orang tua siswa kelas 12 IPA 4, Aloysius Sudiman, sekolah membebankan iuran Rp 50.000 tiap bulan kepada siswa-siswi, termasuk kepada siswa yang tak mampu.
"Masalahnya kalau tidak dibayar nanti akan diwajibkan membayar pada saat mau ujian. Yang tidak membayar tidak dikasih nomor," ujar Aloysius Kamis (28/2).
Aloysius juga menyayangkan siswa-siswi yang tidak mampu mesti membayar iuran tersebut. Padahal, siswa-siswi SKTM seharusnya dibebaskan pembiayaan apapun. Masalah lainnya, kata dia, siswa-siswi mesti membayar iuran sejak bulan Juli 2018. Padahal Edubox dipasang mulai bulan Oktober 2018.
"Sudah delapan bulan harus bayar. Edubox dipasang bulan Oktober tapi kenapa Juli, Agustus, September harus bayar? Aneh kan?" katanya.
Aloysius pun telah mengambil tindakan hukum dengan melaporkan pungutan ini kepada Polrestabes Bandung. Sebagai orang tua, ia mengaku resah dengan pungutan sekolah.
Sementara Kepala SMAN 19 Bandung, Arief Achmad, penggunaan Edubox merupakan pembiasaan bagi guru dan siswa-siswi untuk menghadapi ujian berbasis komputer. Edubox sendiri merupakan aplikasi pembelajaran daring yang mempermudah proses administrasi guru dan wadah pembelajaran untuk para siswa.
"Kita gunakan itu karena layanan yang diluncurkan Pak Ridwan Kamil saat itu (2017). Lalu karena menghadapi UNBK, kita bisa mengurangi penggunaan pulpen pensil, ya bisa menghemat banyak kalau diterapkan," katanya.
Namun, kata Arief, masalah yang terjadi dalam penggunaan Edubox adalah para guru yang belum mengunggah soal-soal ke Edubox. Padahal guru seharusnya mengunggah materi dan soal-soal pelajaran sesuai kompetensi dasar.
"Mayoritas pada enggak upload ke sana. Pas anak membuka itu enggak muncul (soal)," katanya.