Selasa 28 May 2019 20:50 WIB

Kemendikbud: Ada Penurunan Nilai Siswa Peserta UNBK SMP

Penurunan nilai mengindikasikan banyaknya kecurangan Ujian Nasional Kertas Pensil.

Pelajar SMP saat mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di ruang kelas SMP Negeri 5 Kota Sorong, Papua Barat, Selasa (23/4/2019).
Foto: Antara/Olha Mulalinda
Pelajar SMP saat mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di ruang kelas SMP Negeri 5 Kota Sorong, Papua Barat, Selasa (23/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Totok Suprayitno mengatakan, nilai siswa yang sekolahnya beralih dari Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) pada Ujian Nasional (UN) SMP mengalami penurunan. Kemendikbud mengindikasikan banyak kecurangan pada UN SMP sebelum menggunakan sistem UNBK.

"Sekolah yang melakukan transformasi dari Ujian Nasional Kertas Pensil (UNKP) ke UNBK mengalami penurunan. Tapi ada juga sekolah yang sudah UNBK dua tahun mengalami penurunan," ujar Totok dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (28/5).

Totok menambahkan, sekolah yang beralih dari UNKP ke UNBK ada yang turun nilainya hingga 45 poin. Hal itu mengindikasikan ada banyak kecurangan.

Menurut Totok, penurunan itu menunjukkan koreksi, yang dulu nilainya diraih dengan ketidakjujuran namun melalui UNBK nilai yang diraih sesuai dengan kemampuan siswa. Dalam kesempatan itu, Totok juga menjelaskan siswa SMP yang perempuan lebih unggul untuk semua mata pelajaran dibandingkan siswa laki-laki.

"Siswa perempuan lebih unggul pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, termasuk Matematika dan IPA," katanya.

Dalam kesempatan itu,Totok juga menambahkan sebagian besar tidak memahami isi global termasuk mengenai sampah plastik. Irjen Kemendikbud, Muchlis R Luddin, mengatakan pada tahun ini ada kenaikan pengaduan UN dari tahun sebelumnya dari 57 pengaduan pada 2018 menjadi 86 pada 2019.

"Ada siswa yang melakukan pelanggaran di dua mata pelajaran dan ada juga yang pada satu mata pelajaran," kata Muchlis.

Muchlis menjelaskan, kecurangan terbanyak terjadi pada mata pelajaran matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Menariknya, banyak siswa menganggap Bahasa Indonesia lebih sulit dari Bahasa Inggris. Sanksi yang diberikan pada siswa yang curang yakni nilai nol, sementara pengawas dibebastugaskan dan sekolah diberikan sanksi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement