REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Totok Suprayitno mengatakan ke depannya pemerintah ingin membuat sistem penilaian pendidikan yang mengedepankan penalaran. Selama ini, Totok mengatakan penilaian pendidikan yang dilakukan melalui Ujian Nasional (UN) lebih banyak kepada penguasaan konten.
"Kalau UN sekarang barangkali dominan ke arah penguasaan konten. Misalnya kalau sejarah itu ingat tahun, nama pahlawan. Diganti dengan asesmen yang mengedepankan penalaran," kata Totok, ditemui usai diskusi di Jakarta, Selasa (10/12).
Ia mengatakan, Kemendikbud melihat kompetensi yang dibutuhkan masa depan adalah penalaran yang tinggi atau kemampuan untuk berpikir. Oleh sebab itu, kini soal mulai dibuat dengan model higher order thinking skills (HOTS) karena Kemendikbud mengedepankan thinking skills.
Meskipun demikian, Totok belum bisa menjelaskan bagaimana bentuk soal untuk penilaian pendidikan nantinya. Ia menuturkan, soal bisa jadi berbentuk pilihan ganda atau esai terganting dengan kemampuan Kemendikbud untuk mengelolanya.
Totok juga menuturkan, pihaknya belum menentukan nama untuk sistem penilaian pendidikan yang baru ini. Saat ini, teknis penilaian ini masih sedang terus dibahas oleh Kemendikbud.
Terkait UN 2020, Totok menegaskan masih akan tetap dijalankan seperti biasa. "UN 2020 masih tetap jalan. Nanti ke depan, kita berpikir untuk diganti dengan asesmen yang lebih baik," kata dia lagi.