REPUBLIKA.CO.ID, Dalam perguruan tinggi, riset atau penelitian merupakan salah satu tugas pokok yang dilakukan oleh segenap civitasnya terutama dosen. Namun, masih banyak para dosen yang fokus pada tugas pembelajaran saja. Padahal belakangan, beberapa perguruan tinggi sedang berlomba menjadi perguruan tinggi riset.
Selain menjadikan sebuah perguruan tinggi terkemuka dan unggul, hasil riset banyak memberi manfaat bagi masyarakat umum. Dari sini, bentuk riil pengabdian masyarakat bisa direalisasikan.
Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Prof Masyitoh, mengingatkan bahwa tugas seorang dosen tidak hanya mengajar. Menurut Masyitoh, ada empat budaya seorang dosen. Pertama, membaca. Membaca berarti memperkaya diri melalui banyak literatur.
Hanya dengan membaca inilah wacana dan wawasan seorang dosen tidak berhenti dan mengalami stagnasi. Dosen yang suka membaca adalah dosen yang sadar akan dinamika pengetahuan yang tak pernah tuntas untuk digali dan dikaji.
Kedua, menulis. Ini tradisi kaum intelektual sejak mula. Tanpa menulis jejak-jejak intelektualitas di negeri ini tidak akan bisa ditelusuri. Menulis berarti memberi kontribusi besar terhadap masyarakat tentang pengetahuan dan persoalan lain. Ketiga, berpikir.
Prof Masyitoh menegaskan bahwa umat Islam semestinya terbiasa dengan budaya yang satu ini apalagi jika ia seorang dosen. Pasalnya, banyak sekali ayat al-Qur’an yang terkait dengan budaya berpikir ini. Keempat, belajar dan mengajar. Ini budaya yang sudah sama-sama dimengerti bahkan terkadang menganggapnya sebagai satu-satunya. Budaya belajar mengajar harus diperluas ranahnya.
Pesan tersebut disampaikan Rektor pada penyelenggaraan Lokakarya Program Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, Kreativitas Mahasiswa, HKI dan Publikasi Bagi Dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) yang digelar di Aula Pascasarjana UMJ lt. 3 selama dua hari berturut-turut mulai hari Rabu sampai Kamis (29-01/02-03). Acara tersebut dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM - UMJ) bekerjasama dengan DIKTI.
Ketua LPPM UMJ Dra. Susilahati, M.Si mengharapkan adanya kenaikan cluster dari madya ke cluster yang lebih tinggi lagi tentu saja dengan banyak melakukan penelitian. “Sejauh ini ada 12 proposal yang lolos seleksi DIKTI. Kami ucapkan selamat kepada dosen-peneliti yang lolos seleksi proposal penelitiannya”, ungkap Susi.
Hasil penelitian harus dibentengi dengan ketat agar tidak diplagiat oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Karenanya, HAKI UMJ siap mematenkan setiap hasil penelitian. Jika tidak dipatenkan maka kemungkinan diakui atau “diambil” orang sangat terbuka lebar. “Kami siap memberikan mediasi untuk hearing paten”, jelas Amsar, Kasubdit HAKI dan Publikasi UMJ.
Acara tersebut menghadirkan beberapa pakar sebagai narasumber seperti Prof. Saryono dari Universitas Riau, Prof. Wasmen Manalu dan Dr. Tendy Y. Ramadhin dari Intitut Pertanian Bogor dan beberapa pakar lainnya.
Di hari kedua, peserta yang terdiri dari dosen-dosen seluruh fakultas di UMJ ini dibagi ke dalam 3 komisi. Pembagian tersebut untuk memfokuskan para peserta pada hal yang perlu didalami. 3 komisi tersebut antara lain; Klinik dan Bedah Proposal Penelitian, HAKI dan Pengabdian Masyarakat. (adv)