REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepiawaian Riley North (diperankan oleh Jennifer Garner) dalam mengayunkan pisau dan menembakkan senjata didapatkan tidak dengan harga yang murah. Melalui sebuah kejadian tragis dan ketidakadilan yang dirasakan, Riley berubah dari seorang wanita anggun nan lembut menjadi seorang pembunuh berdarah dingin.
Malam yang seharusnya menjadi suatu kenangan manis bagi keluarga kecil milik Riley, Chris (diperankan oleh Chris Johnson), dan putri semata wayangnya yang masih berumur 10 tahun, Carly (Cailey Fleming), harus ternodai oleh tembakan bertubi-tubi yang dilakukan tiga orang anggota kartel narkoba.
Siang itu, Riley dan Chris sangat menanti-nanti pesta ulang tahun yang mereka buat untuk Carly. Dekorasi pesta sudah dipersiapkan secara matang. Riley dan Chris pun tidak sabar melihat teman-teman Carly menghadiri ulang tahun anak tercintanya. Rumah kecil yang mereka tempati terasa hangat. Siap menyambut siapa saja yang melewatinya.
Kebahagiaan namun harus hilang karena pertikaian yang terjadi di sebuah lapangan parkir pasar swalayan. Pertikaian kecil yang tidak berarti tersebut diibaratkan bagaikan api kecil yang akan merambat menghabiskan semuanya.
Demi menghibur sang anak, Riley dan Chris bergegas mengajak Carly menghadiri sebuah pasar malam untuk menaiki semua wahana yang ada. Keceriaan Carly yang telah kembali langsung didokumentasikan lewat foto-foto.
Namun tanpa Riley sadari, kebahagiaan yang ia rasakan saat itu harus kandas. Dua bagian terpenting dalam hidupnya harus melepaskan nyawa tepat di hadapannya. Chris dan Carly yang kala itu sedang menikmati es krim seketika langsung jatuh dalam kubangan kesedihan berwarna merah nan pekat.
Film Peppermint.
Lima tahun telah berlalu, Riley kini menjadi sesosok yang dapat dikatakan sebagai versi wanita dari karakter The Punisher. Tidak hanya berjuang untuk membalaskan dendam atas kematian keluarganya, tetapi juga pintar dalam mengatur strategi bertarung, dan juga memegang berbagai macam senjata.
Kelihaian menjadi seorang pembunuh harus ia kuasai demi mendobrak sistem pengadilan yang tercemar yang membuat tiga orang tersangka penembakan bisa dengan mudahnya berjalan keluar ruangan. Seluruh bagian hidupnya yang hancur secara beruntun bagaikan efek domino kematian membuatnya termotivasi untuk membalaskan dendamnya.
Peppermint merupakan film besutan Pierre Morel. Film ini berfokus pada kehidupan seorang karyawan bank yang harus menyaksikan kepergian suami dan anaknya tepat di hadapannya. Film yang dipenuhi aksi kekerasan ini tidak hanya akan mengantarkan penonton pada ketegangan tiada henti, tetapi juga kesedihan akan karakter Riley yang tidak mendapatkan keadilan yang seharusnya.
Secara keseluruhan, film Peppermint cukup menghibur. Isi cerita dikemas secara mengesankan. Begitu juga alur cerita yang sangat jelas dan tidak membingungkan.
Akan tetapi, film ini masih memiliki beberapa kekosongan dalam cerita tersebut. Kekosongan pertama adalah berapa lama waktu pasti Riley melatih tubuhnya agar menjadi lihai dalam gulat. Riley North sebelum bertransformasi adalah seorang sosok yang benar-benar stereotip wanita anggun. Melihatnya saja akan membuat penonton berpikir kalau sosok Riley North akan sangat merasa bersalah ketika tidak sengaja menginjak semut. Dengan siapa dia berlatih bergulat, menyerang, dan menembak orang sampai dia menjadi sebuah mesin pembunuh tanpa ampun? Juga faktor peran polisi bernama Carmichael dalam film yang menimbulkan sedikit kebingungan.
Akhir cerita yang menggantung mungkin akan menjadi pintu untuk menjelaskan semua kekosongan jalan cerita dalam film Peppermint. Penonton mungkin akan dibawa lebih jauh untuk menyelami sosok Riley dan Carmichael di sekuelnya jika ada.