REPUBLIKA.CO.ID, BANGKALAN -- Sebanyak 141.500 dari total 229.208 rumah tangga di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, hingga kini masih hidup dalam garis kemiskinan menurut data Dinas Sosial setempat. "Ini merupakan hasil pendataan terbaru yang dilakukan Pemkab Bangkalan," kata Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Pemerintah Kabupaten Bangkalan Didik Yanuardi di Bangkalan, Ahad (16/9).
Didik menjelaskan rumah tangga yang masuk dalam kategori hidup di garis kemiskinan penghasilannya kurang dari Rp 20 ribu per hari. Mereka tinggal di rumah tidak layak huni. "Mereka itu tersebar di semua kecamatan yang ada di Bangkalan dan hampir 281 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Bangkalan," katanya.
Ia menjelaskan pemerintah telah menjalankan sejumlah program untuk menekan angka kemiskinan di Bangkalan. Antara lain program bantuan beras, Program Keluarga Harapan (PKH), Program Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Program Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Program-program itu, menurut dia, belum bisa secara signifikan menurunkan jumlah warga yang hidup di garis kemiskinan karena adanya penyalahgunaan bantuan. "Misalnya untuk KIP, kebanyakan tidak digunakan untuk biaya pendidikan, akan tetapi dibelikan barang. Seperti telepon seluler yang sebenarnya bukan merupakan kebutuhan pokok mereka. Ini yang menjadi persoalan bagi kami," katanya.
Didik mengatakan, tahun ini pemerintah kabupaten menargetkan jumlah rumah tangga yang hidup di garis kemiskinan bisa dikurangi hingga 1.000 rumah tangga. Upaya itu antara lain akan dilakukan dengan mengucurkan bantuan untuk memperbaiki rumah warga yang tidak layak huni. "Pemkab telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 350 juta untuk memperbaiki sebanyak 1.000 rumah tidak layak huni di Bangkalan ini," katanya.
Bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja, pemerintah kabupaten juga memberikan kursus keterampilan kepada keluarga miskin yang ada di Bangkalan. "Seperti keterampilan menjahit, dan bengkel atau otomotif, sehingga dengan cara itu akan membuka peluang lapangan kerja," katanya.