REPUBLIKA.CO.ID, MALAGA -- Organisasi non-profit Komisi Spanyol untuk Pengungsi sangat sibuk pada musim panas tahun ini. Mereka mendirikan pusat penerimaan pengungsi di Malaga.
Pusat penerimaan pengungsi berbentuk sebuah bangunan berwarna-warni, bertingkat dua dan memiliki halaman yang luas. Banyak orang yang datang dan pergi, berbicara dengan berbagai bahasa dan menyalakan musik keras melalui telpon genggam mereka.
"Lihat mereka sudah datang, mereka baru saja tiba," kata ketua pusat penerimaan pengungsi tersebut Francisco Cansino, seperti dilansir dari NPR, Kamis (20/9).
Sekitar puluhan orang tiba ke dalam bangunan tersebut menggunakan sweater dan celana yang sama pemberian Palang Merah Spanyol. Mereka datang dari salah satu perahu yang berlabuh ke Malaga pada awal pekan lalu. Pada musim panas ini Spanyol menjadi titik masuk para imigran yang datang menuju Eropa.
Pada awal September 2018, lebih dari 35 ribu orang melewati perbatasan Spanyol entah itu dari laut atau daratan. Organisasi Internasional untuk Imigran (IOM) yang berada di bawah naungan PBB mencatat angka imigran yang masuk pada musim panas tahun ini lebih banyak dibandingkan total imigran yang datang ke Spanyol pada tahun lalu.
Selama bertahun-tahun para imigran masuk Eropa melalui Italia atau Yunani. Perbatasan kedua negara tersebut sudah lama menerima imigran. Tapi sekarang Spanyol menerima imigran dua kali lebih banyak dibandingkan Yunani dan enam kali lebih banyak dibandingkan Italia.
Rute imigran menuju Eropa sering kali berubah-ubah. Tapi para pakar menduga masuknya imigran melalui Spanyol karena dua hal, pertama karena Italia menutup jalur di Laut Tengah dengan membuat perjanjian dengan Libya untuk mencegat para imigran di rute tersebut lalu menahan kapal penyelamat di sana atau menutup pelabuhan mereka sepenuhnya.
Selain itu, kebanyakan imigran yang datang ke Spanyol melalui sebelah selatan Andalusia. Mereka melewati perbatasan Maroko yang rutenya jauh lebih pendek. Imigran yang melalui jalur laut biasanya diselamatkan oleh angkatan laut Spanyol di Laut Tengah. Sangat jarang ada imigran yang benar-benar tiba ke pelabuhan Spanyol sendiri.
Perahu karet yang mereka gunakan tidak dapat melakukan pelayaran. Berdasarkan data yang dihimpun IOM imigran kebanyakan datang dari benua Afrika yakni Mali, Pantai Gading, Gambia, dan Guinea.
Ketika mereka tiba para imigran akan dibawa ke kantor polisi. Jika mereka memilih untuk mencari suaka maka proses pengungsian pun dilakukan. Palang Merah selalu ada setiap kali imigran tiba. Mereka menyediakan baju, makanan, dan berbagai keperluan yang dibutuhkan para imigran.
Proses identifikasi imigran butuh waktu 72 jam. Setelah itu mereka akan dibawa ke pusat penerimaan pengungsi yang dijalankan oleh berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di Spanyol.
"Spanyol memperbaiki banyak hal musim panas tahun ini, sudah diketahui setiap musim panas akan seperti ini dan ada sesuatu harusnya bisa dilakukan untuk menanganinya lebih baik lagi," kata Cansino.
Pusat pengungsian di Andulusia penuh sesak dan tenda sementara yang digunakan untuk menampung imigran pun sudah dipersiapkan sejak awal. Tapi kebanyakan imigran memang tidak menetap di Andalusia. Mereka biasanya menempuh perjalanan lagi ke Basque atau Catalonia, berharap bisa sampai ke Prancis.
"Jika mereka harus melarikan diri, mereka akan melarikan diri, mereka akan menggunakan berbagai rute yang bisa mereka tempuh," kata Cansino.