Selasa 25 Sep 2018 21:56 WIB

Sucorinvest: Strategi Beli Saham di September Masih Efektif

Return Kuartal III 2017 hingga Kuartal II 2018 selalu positif

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (19/9).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (19/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Strategi beli saham saat pasar sedang turun masih memungkinkan di bulan September-November. PT Sucorinvest Asset Managemen melihat pola pasar dari tahun-tahun selalu mirip dan bisa diprediksi.

IHSG biasanya mengalami tekanan di kuartal III namun mampu bangkit pada periode akhir September hingga akhir Juni. Return secara rata-rata 16 persen pada periode ini sejak tahun 2000.

Analis Sucorinvest, Billy Budiman mengatakan return positif bahkan terjadi pada kuartal tiga 2007- kuartal dua 2008. Saat itu tahun subrprime mortgage Amerika Serikat pun masih menghasilkan return 0,69 persen. 

Pengecualian memang terjadi di tahun 2015 saat IHSG terkoreksi dalam di bulan Juni. Namun jika diteliti IHSG mencatatkan rekor terlebih dahulu di bulan April yaitu di level 5.523.

Sehingga bisa dikatakan return IHSG di kuartal III 2017 hingga kuartal II tahun 2018 100 persen selalu positif. Beranjak ke kondisi pasar September 2017 hingga kuartal II 2018. Sementara IHSG 20 September 2017 hingga 31 Mei 2018 tercatat 2,83 persen. 

"Return yang didapat belum termasuk divident yield IHSG sekitar 2-2,5 persen yang biasa dibagikan para perusahaan, jadi kesimpulannya strategi beli di akhir September dan menjual di kuartal dua masih sangat efektif," kata dia dalam Market Update di Jakarta, Selasa (25/9).

Sucorinvest Asset Management masih tetap pada strateginya dalam menghadapi gejolak pasar. Seperti berat pada saham komoditas karena diperkirakan US yield curve akan berbalik akhir tahun ini atau awal tahun depan.

Selain itu, memilih perusahaan yang punya keseimbangan kuat dan sehat. Lebih menyukai perusahaan dengan margin keuntungan dua digit. Juga mengambil posisi aman pada saham kebutuhan konsumen karena pemilu sebentar lagi.

Sementara untuk produk-produk syariah, Presiden Direktur Sucorinvest Asset Management, Jemmy Paul Wawointana tetap pada strateginya. Namun akan lebih banyak membenamkan dana di perbankan.

"Karena saat IHSG naik biasanya perbankan akan ikut naik juga," kata dia. Untuk produk barunya, reksadana syariah pasar uang, Sucorinvest pun akan lebih banyak memilih deposito daripada penempatan di sukuk.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement