REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Muslim AR
Demi keselamatan ratusan penumpang, seorang personel air traffic controller (ATC) bernama Anthonius Gunawan Agung rela membahayakan nyawanya. Lelaki yang biasa disapa Agung itu bertahan di dalam gedung yang bisa saja menimbunnya bersama reruntuhan saat gempa berskala 7,7 skala Richter (SR) mengguncang Palu.
Saat itu, sebuah pesawat Maskapai Batik Air ID 6231 akan lepas landas dari Bandara Sis Al-Jufrie, Palu. Saat akan lepas landas, gempa hebat menghentak dan menggetarkan semua dinding di sekitarnya.
Agung sedang berada di dalam Tower ATC AirNav Indonesia Cabang Palu, Bandara Mutiara Sis Al-Jufrie. Agung adalah orang yang memberikan pesawat Batik Air ID 6231 yang akan terbang dari Palu menuju Makassar.
Agung jugalah yang telah memberikan clearance atau izin untuk lepas landas berikut dengan semua informasi penerbangan kepada Batik saat gempa terjadi. Bahkan ia tetap dalam gedung dan di depan alat komunikasinya untuk memastikan semua roda pesawat sudah tidak menyentuh landasan pacu serta sudah dalam kondisi terbang penuh.
Ia tak menghiraukan getaran gempa yang membuat semua benda di sekelilingnya jatuh dan pecah. Sejatinya, gempa sudah mengguncang Palu saat pesawat Batik tersebut belum lepas landas, Agung bisa saja meninggalkan tempat kerjanya. Namun, keselamatan penumpang pesawat lebih diutamakannya.
Sebagai personel ATC, Agung bertanggung jawab menjadi pemandu lalu lintas udara. Ia memastikan pesawat udara tersebut lolos dari rintangan yang ada di sekitarnya, termasuk gempa yang mengguncang Bandara.
Agung membantu pilot dalam mengendalikan keadaan darurat, memberikan informasi yang dibutuhkan pilot, mulai dari informasi cuaca, informasi navigasi penerbangan, dan informasi lalu lintas udara. Sementara gempa makin kuat menggetarkan kabin tempat ia berkomunikasi dengan pilot.
Semua aktivitas pesawat di dalam Manoeuvring Area diharuskan mendapat mandat terlebih dahulu dari ATC, yang kemudian ATC akan memberikan informasi, instruksi, clearance kepada pilot sehingga penerbangan selamat.
Agung bertahan dalam keadaan yang sangat mengancam nyawanya, demi para penumpang mengudara dan meninggalkan Palu yang sedang porak peranda oleh gempa.