REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menilai, masih banyak peluang bagi pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk membalikkan keadaan. Menurut dia, dalam kontestasi pemlihan umum presiden (pilpres) ada empat hal yang dapat mengubah suara dalam jumlah besar pada pilpres.
Baca Juga:
Empat hal itu adalah kondisi politik, ekonomi, hukum, dan keamanan. Djayadi menyebut empat hal itu sebagai faktor fundamental yang bisa mengubah peta suara dalam jangka waktu lama.
Karena itu, menurut dia, tak ada jaminan elektabilitas tinggi yang diraih pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin akan bertahan hingga hari pencoblosan. "Satu, pilpres masih lama, dan banyak faktor yang bisa memengaruhi," kata dia di Kantor SMRC, Cikini, Jakarta Pusat, Ahad (7/10).
Di antara empat sektor fundamental, ekonomi merupakan hal yang paling disorot pada pemerintahan Jokowi. Berdasarkan survei SMRC, 22 persen masyarakat menilai kondisi ekonomi saat ini jauh dan/atau lebih buruk dari tahun lalu, 29,3 persen menyatakan tidak ada perubahan, dan 41,8 persen menyatakan lebih dan/atau jauh lebih baik.
Meski begitu, kinerja Jokowi selama menjabat sebagai presiden mendapat nilai baik di masyarakat. Sebanyak 9,7 persen menyatakan sangat puas, 63,7 persen cukup puas, 22,6 persen kurang puas, dan 2,8 persen tidak puas sama sekali.
Djayadi melanjutkan, tingkat keyakinan masyarakat kepada Jokowi juga masih tinggi. Sebanyak 13 persen masyarakat sangat yakin, 58,1 persen cukup yakin, 20,3 persen kurang yakin, dan 2,9 persen tidak yakin sama sekali.
Faktor itu dibagi dua, faktor fundamental dan nonfudamental. Faktor yang bisa mememgaruhi besar adalah faktor fundamental berupa kondisi politik, ekonomi, hukum, dan keamanan. Empat hal itu yang dapat memengaruhi situasi pertarungan dalam waktu yang lama.
Namun, ia mengingatkan, tren itu akan berubah jika kondisi ekonomi, politik, hukum, atau keamanan berubah dengan cepat. "Sangat mungkin. Misalnya pengaruh dolar AS terus naik, dan seterusnya. Kalau itu terus memburuk, bisa memengaruhi inflasi. Tren itu bisa berubah dan berbalik kepada penantang," kata dia.
Hasil survei terbaru SMRC menunjukkan calon presiden (capres) Jokow) masih unggul dibandingkan penantangnya, Prabowo Subianto. Berdasarkan jawaban spontan masyarakat, Jokowi meraih elektabilitas 47, 4 persen sedangkan Prabowo hanya 21,8 persen.