Selasa 09 Oct 2018 07:55 WIB

Ribuan Orang Masih Hilang, Evakuasi Dekati Tenggat

Pasar dan pemerintahan mulai beroperasi di Palu.

Anggota TNI dan anggota Basarnas, berhasil mengevakuasi jenazah korban yang tertimbun puing-puing reruntuhan di di perumnas Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (8/10).
Foto: Darmawan / Republika
Anggota TNI dan anggota Basarnas, berhasil mengevakuasi jenazah korban yang tertimbun puing-puing reruntuhan di di perumnas Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (8/10).

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Muhammad Nursyamsyi

MATARAM – Pada hari ke-10 pascabencana gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi yang menimpa Donggala, Sigi, Palu, dan Parigi Moutong di Sulawesi Tengah, upaya evakuasi korban masih terus dilanjutkan. Upaya-upaya itu akan diperkuat menyusul kondisi lapangan dan sehubungan kian dekatnya tenggat akhir proses evakuasi.

Pada Senin (8/10), sebanyak 220 prajurit TNI beserta material dan perlengkapannya yang selama ini tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa Nusa Tenggara Barat (NTB) dialihtugaskan ke Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng).

Dengan menggunakan KRI Teluk Lampung-540 dan KRI Teluk Cirebon-543, pergeseran pasukan menuju Pelabuhan Makassar dibagi menjadi dua sorty dari Dermaga Lembar, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Senin.

Panglima Kogasgabpad Lombok Mayjen TNI Madsuni mengatakan, pergeseran pasukan ke Sulteng untuk membantu percepatan proses pembersihan dampak dari bencana gempa bumi dan tsunami di Sulteng. "Untuk pembersihan di Lombok sudah hampir selesai dan saat ini sebagian pasukan diperbantukan ke Sulteng untuk memperkuat pasukan yang ada di sana," ujar Madsuni di Mataram, kemarin.

Ia memaparkan, alat berat yang dibawa di antaranya satu unit dozer D 65 25 ton, satu dozer D 53, satu ekskavator PC 200, satu ekskavator PC 130, 2 truk NPS, satu mobil Triton, satu truk tangki pengangkut air, dan empat motor KLX dinas. Madsuni juga menyampaikan, selain pasukan dan perlengkapan, juga dikirimkan bantuan pakaian layak pakai dan 50 unit tandon air berkapasitas 500 kilogram.

Sementara, tim evakuasi gabungan kembali menemukan belasan jenazah korban gempa bumi dan tsunami di Donggala-Palu yang berada di Kelurahan Petobo, Senin.

Tim dari Basarnas, PMI, prajurit TNI, dan BPBD setempat, serta BPBD Kalimantan Utara, menemukan belasan mayat dari wilayah Petobo yang kini menjadi gundukan tanah berlumpur sejak mereka melakukan evakuasi dari Senin pagi hingga sekitar pukul 13.00 WITA.

Satu per satu jenazah yang mereka temukan dievakuasi dan dimasukkan ke kantong jenazah dan dijejerkan di tenda di halaman RS Ibu dan Anak Nasanapura. Ketua Tim Evakuasi dari BPBD Kalimantan Utara Asnawi yang ditemui di lokasi evakuasi di Petobo menuturkan, tim evakuasi gabungan sulit mengidentifikasi jenazah yang ditemukan karena kondisi jenazah telah rusak.

Asnawi mengatakan, mayat yang ditemukan berada di dalam gundukan tanah berlumpur. Ia juga menjelaskan, gempa yang terjadi menyebabkan fenomena baru berupa munculnya air bercampur lumpur dari bawah tanah, membuat tanah dan bangunan bergerak sehingga menimbulkan banyak korban dan menenggelamkan bangunan dalam gundukan lumpur.

Pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebelumnya mengatakan, proses evakuasi pencarian korban bencana gempa dan tsunami atau masa tanggap darurat di Sulawesi Tengah akan berakhiri pada Kamis (11/10). 

"Nanti pada 10 oktober akan dilakukan rapat koordinasi bencana bersama melihat situasi yang ada dengan menghadirkan berbagai instansi dan masyarakat. Kalau kondisinya dibutuhkan, bisa jadi masa tanggap darurat bisa diperpanjang," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Ahad (7/10).

Sutopo beralasan, penghentian sebagian evakuasi korban hilang karena apabila korban hilang sudah mencapai 14 hari, dipastikan dalam kondisi meninggal. Oleh karena itu, ia berharap pihak keluarga dapat memahami kondisi korban yang belum diketemukan dalam evakuasi saat ini.

Sejauh ini, BNPB menerima laporan soal ribuan orang yang hilang di lokasi-lokasi terjadinya likuefaksi di Sulawesi Tengah. Di antaranya di Desa Balaroa, Kota Palu; Desa Petobo, perbatasan Palu-Donggala; dan Desa Jono Oge, Sigi. Menurut laporan sementara, sedikitnya 5.000 orang dari tiga daerah itu masih hilang.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement