REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Pemerintah Kota (Pemkot) Palu menyampaikan, logistik untuk para pengungsi korban gempa bumi, likuifaksi dan tsunami masih kurang. Oleh karena itu Pemkot Palu meminta siapapun yang mendistribusikan logistik ke Kota Palu agar melalui posko milik pemkot. "Logistik kita kurang, kalau pendistribusian insya Allah saya kira bisa dijamin 95 persen merata," kata Wakil Wali Kota Palu, Sigit Purnomo di Posko Rumah Jabatan Wakil Wali Kota Palu kepada Republika.co.id, Rabu (10/10).
Ia menerangkan, sementara yang lima persennya mungkin pengungsi yang membentuk kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil itu biasanya hanya berisi 10 sampai 15 orang. Sedangkan standar pengungsi yang diharapkan minimal 100 orang.
Ada juga pengungsi yang memasang tenda di depan rumah mereka. Pemerintah tidak melarang orang untuk mengungsi di tempat yang mereka inginkan. Tapi pendistribusian logistik ke titik-titik posko di pengungsian, tidak ke orang perorangan.
Wakil Wali Kota Palu yang lebih dikenal sebagai Pasha Ungu juga mengklaim, bantuan banyak yang masuk ke Kota Palu. Memang melihat bantuan itu lalu lalang di Kota Palu. Tapi masuk ke posko atau tidak bantuan itu? "Karena kami mempertanggungjawabkan apa yang masuk di posko darurat dan saya ada di sini, nggak mungkin bisa bohong data kami lengkap," ujarnya.
Sigit menyampaikan, wajar kalau ada masyarakat yang mengatakan pemerintah tidak bergerak. Tapi bukan karena pemkot tidak mau bergerak. Itu karena pemkot kekurangan logistik untuk didistribusikan.
Dia mengandaikan kalau di posko ada bantuan 500 truk logistik. Di Kota Palu ada delapan kecamatan dan 46 kelurahan, maka tinggal dibagikan ke satu kelurahan satu truk logistik. Ia menegaskan, masalahnya dalam sehari datang dua truk bantuan, kemudian harus dibongkar dulu untuk melihat isinya. Supaya disesuaikan dengan kebutuhan pengungsi.
"Mohon maaf (di dalam truk) cuma ada pakaian bekas, orang menolak, orang nggak butuh pakaian bekas, orang butuh makan, tapi ada juga warga kami di Petobo yang butuh pakaian karena rumah mereka hilang," jelasnya.
Dia mengungkapkan, bantuan memang terlihat banyak yang datang ke Kota Palu. Dia mengatakan, mestinya semua pengungsi di Kota Palu sudah terpenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Tapi masih ada yang bilang kurang.
Sigit menerangkan, ada tiga tipe pengungsi, pertama, pengungsi yang terkena dampak bencana. Kedua, pengungsi yang sudah mendapat bantuan dari pemerintah daerah lain tapi merasa belum adil kalau belum disentuh pemerintah kota. "(Ketiga) pengungsi yang sudah mendapatkan (bantuan) tapi kurang. Ini tiga tipe pengungsi, ini semuanya masuk akal dan wajar, jawabannya cuma satu logistik kami kurang, kami butuh logistik karena kita tidak tahu berapa lama tanggap darurat ini," ungkapnya.