Kamis 18 Oct 2018 18:11 WIB

Isu Penculikan di Banyumas Dipastikan Hoaks

Polres Banyumas melakukan penyelidikan terhadap tiga kasus penculikan.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun dan Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak (PPT-PKBGA) Dr Tri Wuryaningsih memberikan penjelasan soal kabar penculikan anak yang belakangan meresahkan masyarakat Banyumas.
Foto: Eko Widiyatno.
Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun dan Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak (PPT-PKBGA) Dr Tri Wuryaningsih memberikan penjelasan soal kabar penculikan anak yang belakangan meresahkan masyarakat Banyumas.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Maraknya kabar mengenai kasus penculikan anak yang belakangan beredar di kalangan masyarakat Banyumas, Jawa Tengah, dipastikan merupakan kabar bohong atau hoaks. Hal itu ditegaskan Kapolres Banyumas, AKBP Bambang Yudhantara Salamun, setelah pihaknya melakukan penyelidikan terhadap tiga kasus penculikan yang dikabarkan terjadi Oktober 2018 ini.

''Kami sudah melakukan penyelidikan terhadap tiga kasus penculikan yang dilaporkan masyarakat terjadi di Banyumas. Hasilnya, semua cerita penculikan yang terjadi pada anak-anak tersebut merupakan kabar bohong atau hoaks,'' katanya, Kamis (18/10)

Untuk menyelidiki kasus ini, Kapolres menggandeng lembaga Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak (PPT-PKBGA) Kabupaten Banyumas yang diketuai Dr Tri Wuryaningsih. ''Hal ini kita maksudkan karena yang bercerita menjadi korban penculikan berasal dari kalangan anak-anak,'' ujarnya menjelaskan.

Dalam kasus pertama, penyelidikan dilakukan terhadap kasus percobaan penculikan yang dikabarkan menimpa anak berusia sembilan tahun berinisial SI, warga Desa Panembangan, Kecamatan Cilongok. Setelah dilakukan penyelidikan, kasus yang dialami siswa kelas III SD ini hanya merupakan kesalahpahaman.

''Awalnya, anak itu hampir terserempet sepeda motor sehingga sempat dipegang oleh pengendara sepeda motornya. Karena SI tidak mengalami luka apa pun, pengendara sepeda motor itu kemudian pergi. Namun, oleh SI, sikap pengendara motor itu dikira akan menculik sehingga orang tuanya juga memiliki perkiraan yang sama,'' katanya menjelaskan.

Kasus kedua, cerita yang konon dialami oleh anak berinsial KN (11), siswa kelas 5 SD, Desa Karangnanas, Kecamatan Sokaraja. Saat dilakukan pemeriksaan, anak itu menyebutkan telah menjadi korban percobaan penculikan. Namun, saat ceritanya didalami, banyak kejanggalan dari cerita tersebut dan KN sering kali membuat cerita yang berubah-ubah.

Ketua PPT-PKBGA Banyumas Dr Tri Wuryaningsih yang ikut menemui anak itu memperkirakan anak tersebut memiliki masalah psikologis yang perlu mendapat penanganan. ''Hal ini karena banyak sekali cerita anak tersebut yang tidak masuk akal,'' katanya.

Antara lain, KN bercerita bahwa ibunya sangat sayang padanya. ''Padahal, ibunya sudah delapan tahun menjadi TKI di luar negeri dan tidak pernah pulang atau memberi kabar,'' paparnya.

Tri Wuryaningsih ini memastikan, cerita mengenai percobaan penculikan yang dialami anak tersebut sama sekali tidak benar dan hanya sekadar untuk menarik perhatian. Apalagi, saat ditanya seperti apa orang yang mencoba menculiknya, KN ternyata tidak mampu menjelaskan. ''Saat ini, anak tersebut tinggal dengan kakek-neneknya karena ayahnya juga bekerja di Jakarta,'' katanya.    

Sedangkan kasus ketiga, Kapolres menyebutkan, menyangkut dugaan penculikan yang dialami dua anak warga Desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, bernisial RP (9) dan BA (9). Setelah dilakukan penyelidikan, kedua anak tersebut mengaku diculik orang karena takut dimarahi orang tuanya.

''Kedua anak itu awalnya bermain terlalu lama. Karena takut dimarahi orang tuanya, kedua anak tersebut bersembunyi di rumah kosong hingga akhirnya ditemukan warga,'' ujarnya menjelaskan.

Awalnya, anak tersebut mengaku menjadi korban penculikan. Namun, setelah petugas mendalami cerita tersebut, akhirnya kedua anak tersebut mengaku cerita penculikan itu sengaja dikarang agar tidak dimarahi kedua orang tuanya.

Berdasarkan hasil penyelidikan kasus-kasus tersebut, Kapolres minta agar masyarakat Banyumas tidak mudah terhasut oleh kabar-kabar kasus penculikan seperti itu. Apalagi, sampai melakukan tindakan-tindakan main hakim sendiri pada orang-orang yang diduga melakukan penculikan. 

''Akibat isu ini, ada dua orang yang terdiri atas laki-laki dan perempuan yang sempat diamankan warga gara-gara isu penculikan. Setelah kami periksa, kedua orang itu ternyata mengalami gangguan jiwa,'' katanya.

Kapolres juga menyebutkan, dalam ketiga kasus tersebut, kabar hoaks memang bersumber dari anak-anak yang mengaku menjadi korban penculikan. ''Ya, mereka masih anak-anak. Tidak mungkin kita menjerat mereka dengan menyebarkan kabar bohong,'' ujar Kapolres sambil tersenyum.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement