REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ormas Islam diharapkan perannya untuk menenangkan masyarakat terutama kaum Muslimin. Umat Muslim diminta untuk tidak reaktif atas insiden pembakaran bendera berkalimat tauhid oleh oknum ormas tertentu di Garut, Jawa Barat. Hal tersebut disampaikan Wali Kota Gorontalo Marten Taha di Jakarta, Rabu (24/10) dini hari.
Ia mengatakan, mendapatkan informasi dari berbagai pihak terkait reaksi keras umat Islam di wilayahnya. Sebagai kepala pemerintah daerah, dia berharap agar semua pihak menciptakan suasana kondusif.
Diakuinya, reaksi atas insiden pembakaran bendera tersebut juga merembet ke Kota Gorontalo. Berkaitan dengan itu, dia membuat surat imbauan agar semua ulama, habaib, kiai, ustaz dan semua pimpinan ormas Islam untuk mendinginkan suasana dan menenangkan masyarakat.
Dia juga mengimbau kepada aparat hukum mengambil langkah antisipatif sesuai koridor hukum agar ada kejelasan dalam insiden tersebut. Marten menyatakan keprihatinannya atas insiden pembakaran bendera yang memuat kalimat tauhid tersebut dan mendapat reaksi keras dari masyarakat Muslim, termasuk dari masyarakat Gorontalo.
Dia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terprovokasi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang bertujuan memperkeruh suasana. Masyarakat juga diminta untuk mempercayakan proses hukum atas oknum pembakaran tersebut kepada aparat penegak hukum. Sebelumnya, beredar video yang viral di media sosial di mana sejumlah remaja dewasa di Garut, Jawa Barat, berpakaian seragam ormas tertentu membakar selembar kain hitam yang diduga bertulisan kalimat tauhid.