REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Keberadaan jasad jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi masih misteri. Sejumlah laporan menyebut jasadnya dilarutkan dengan zat asam setelah dimutilasi di Konsulat Saudi.
Wakil Presiden Turki Fuat Oktay pada Senin (5/11), mengatakan, laporan jasad Khashoggi dilarutkan dalam asam perlu diselidiki.
Kepada kantor berita Anadolu, Oktay mengatakan, Turki telah menerima hasil penyelidikan bahwa Khashoggi dibunuh pada 2 Oktober lalu dengan terencana.
"Pertanyaannya sekarang adalah siapa yang memberi perintah. Inilah jawaban yang kami cari sekarang. Pertanyaan lain adalah di mana tubuh? Ada laporan (tubuh) dilarutkan dengan asam sekarang. Semua ini perlu dicari," kata Oktay.
Sebelumnya surat kabar pro-Pemerintah Turki, Daily Sabah, pada Ahad (4/11), menyebut bahwa jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi dimutilasi dan potongan tubuhnya dimasukkan ke dalam lima koper.
Baca juga, Terungkap Isi WA Qahtani ke Khashoggi Sebelum Pembunuhan.
Menurut pejabat Turki, setelah potongan tubuh Khashoggi dimasukkan ke dalam koper, para pelaku kemudian membawanya ke kediaman konsul Saudi yang letaknya tak jauh dari gedung konsulat Saudi di Istanbul.
Sumber pejabat Turki mengatakan ke Washington Post, otoritas Saudi sepertinya lebih tertarik untuk menemukan bukti-bukti apa yang dimiliki pihak Turki yang bisa menjerat para pelaku. Turki ragu bahwa Saudi benar-benar tulus bekerja sama.
Sumber juga mengatakan bukti-bukti biologi yang ditemukan di kebun Konsulat Saudi mendukung teori bahwa tubuh Khashoggi dibuang di tempat ia dibunuh dan dimutilasi.
"Tubuh Khashoggi tidak perlu dikuburkan," ujar sang sumber. Washington Post menyebutkan, para penyelidik Turki kini mencoba membuktikan teori bahwa tubuh Khashoggi dilarutkan dalam cairan asam.
Sementara Kepala Kejaksaan Istanbul Irfan Fidan menyatakan pada Rabu (31/10) bahwa wartawan Jamal Khashoggi dinyatakan langsung dicekik saat memasuki Konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober. Ini pernyataan paling gamblang dari pihak berwenang Turki mengenai pembunuhan sang wartawan yang juga kolumnis Washington Post itu.