REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jakarta menurun 0,90 poin dibandingkan tahun sebelumnya, yakni Agustus 2017-Agustus 2018. Pada Agustus 2018, TPT DKI Jakarta mencapai angka 6,24 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mengatakan, data ini menunjukkan bahwa lapangan kerja di Ibu Kota semakin banyak menyerap tenaga kerja. Hal ini juga dibuktikan dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Jakarta yang mengalami peningkatan 1,98 poin ke angka 63,95 persen.
Berdasarkan data BPS DKI Jakarta, TPT tertinggi berada di wilayah Jakarta Utara, yakni 7,01 persen. Posisi ini disusul Jakarta Timur 6,67 persen, Jakarta Pusat 6,64 persen, Jakarta Selatan 6,31 persen, Kepulauan Seribu 5,3 persen, dan Jakarta Barat 5,00 persen.
Kendati demikian, Jakarta Utara juga memiliki angka TPAK tertinggi 66,96 persen disusul Jakarta Selatan 65,88 persen dan Jakarta Pusat 65,06 persen. Jakarta Barat mencapai TPAK 62,19 persen, Jakarta Timur 61,77 persen, dan Kepulauan Seribu 61,21 persen.
"Itu kan menurut tempat tinggal. Tempat tinggal orang jakarta yang mencari kerja itu di Jakarta Utara. Jadi biasanya ya banyak kos-kosan atau tempat saudaranya di sana lalu dia mencari kerja," kata Thoman di Kantor BPS DKI Jakarta, Jalan Paseban, Jakarta Pusat, Senin (8/11).
Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas TPT DKI Jakarta memiliki latar belakang sekolah menengah kejuruan (SMK). Penganggur yang berpendidikan SMK mencapai 30,74 persen. Setara dengan SMK, penganggur lulusan SMA juga cukup mendominasi. Jumlahnya mencapai 30,52 persen.
Sebanyak 14,92 persen penganggur DKI Jakarta memiliki latar belakang perguruan tinggi, 12,30 persen lainnya lulusan SMP, 7,05 persen merupakan lulusan SD ke bawah, dan 4,48 persen lulusan Diploma.
Berdasarkan kegiatan utamanya, angkatan kerja DKI Jakarta berjumlah 5.041.620 orang. 4.726.779 di antaranya bekerja, sementara 314.841 orang menganggur. Dari kelompok bukan angkatan kerja berusia di atas 15 tahun, 696.316 orang sekolah, 1.723.008 mengurus rumah tangga, dan 423.030 masuk kategori lainnya.
"Misalnya dia bekerja sebenarnya, lalu kerjanya longgar dia cuti, libur selama seminggu. Itu termasuk bukan angkatan kerja," kata Thoman.
Mayoritas penduduk DKI Jakarta bekerja selama lebih dari 35 jam per pekan. Mereka terserap di berbagai jenis pekerjaan. Mayoritas bekerja di bidang perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil sejumlah 1.169.925 orang.
Sektor lain yang banyak menyerap tenaga kerja yaitu real estate dan jasa lain sebanyak 672.068 orang dan industri pengolahan 616.293 orang. BPS DKI Jakarta juga mencatat masih adanya kesenjangan antara tingkat partisipasi kerja antara laki-laki dan perempuan di ibu kota. TPAK laki-laki pada Agustus 2018 tercatat 67,26 persen, sementara perempuan hanya 51,88 persen.