REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Surat kabar Rodong Sinmun yang dikelola Pemerintah Korea Utara (Korut) mengatakan, latihan militer Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) telah melanggar perjanjian.
Korsel dan AS kembali melakukan latihan militer skala kecil pekan lalu yang dihadiri oleh sekitar 500 tentara AS dan marinir Korsel. Latihan militer ini merupakan salah satu latihan gabungan tanpa batas waktu yang dibatalkan pada Juni lalu, ketika Seoul dan Washington fokus untuk bernegoisasi dengan Korut.
Latihan militer yang bertajuk Korean Marine Exchange Program (KMEP) itu dinilai melanggar perjanjian yang ditandatangani pada 19 September lalu oleh Korut dan Korsel. Perjanjian tersebut menyerukan penghentian semua tindakan bermusuhan antara kedua negara.
"Latihan militer gabungan selama dua pekan secara langsung melanggar perjanjian militer antar-Korea yang berjanji untuk menghilangkan ancaman praktis perang dan hubungan bermusuhan mendasar di semenanjung Korea," kata Rodong Sinmun, Senin (12/11).
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel segera menanggapi kritik Korut. Ia mengatakanm ini adalah latihan pertahanan yang melibatkan unit-unit kecil di bawah ukuran batalion.
Baca juga, Korea Utara Setuju Tutup Fasilitas Nuklir.
Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump berjanji untuk bekerja sama menuju denuklirisasi pada pertemuan puncak Juni lalu di Singapura. Dalam pertemuan itu Trump berjanji untuk mengakhiri latihan militer bersama Korsel.
Pekan lalu Korut membatalkan pertemuan yang telah direncanakan dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di New York. "Karena mereka belum siap," kata Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, pada Jumat (9/11).
Media Korut membahas pertemuan yang dibatalkan itu untuk pertama kalinya pada Sabtu (10/11) ketika situs Chosun Sinbo melaporkan pertemuan itu masih bisa diselenggarkan. Namun situs itu kembali mengulangi peringatan Korut bahwa negara itu dapat memulai kembali pengembangan senjata nuklirnya jika AS tidak membuat lebih banyak konsesi.
Permainan perang kesiapan tempur terbesar yang pernah dipentaskan di dan sekitar Jepang juga berlangsung pekan lalu. Kapal induk bertenaga nuklir USS Ronald Reagan bergabung dengan kapal perusak Jepang dan kapal perang Kanada di lautan lepas Jepang, utamanya untuk menekan Korut.
"Ini adalah langkah militer anakronistik untuk secara terbuka mengadakan latihan perang yang ditujukan pada orang lain, sementara pasukan angkatan laut Amerika Serikat yang berada di Jepang juga berpartisipasi," kata Rodong Sinmun.