Rabu 14 Nov 2018 15:34 WIB

Pelaku Pembunuhan Sekeluarga Diduga tak Sepenuhnya Marah

Reza Indragiri berkesimpulan dengan melihat pola pembunuhan yang berbeda di keluarga.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Indira Rezkisari
Polisi melakukan penyisiran dengan anjing pelacak di sekitar lokasi perisitiwa pembunuhan satu keluarga, di kawasan Jatirahayu, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (13/11/2018). Dalam peristiwa tersebut satu keluarga yang terdiri empat orang tewas dengan luka di tubuhnya, motif penyebab masih dalam penyelid ikan pihak berwenang.
Foto: ANTARA FOTO/Risky Andrianto
Polisi melakukan penyisiran dengan anjing pelacak di sekitar lokasi perisitiwa pembunuhan satu keluarga, di kawasan Jatirahayu, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (13/11/2018). Dalam peristiwa tersebut satu keluarga yang terdiri empat orang tewas dengan luka di tubuhnya, motif penyebab masih dalam penyelid ikan pihak berwenang.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kasus dugaan pembunuhan satu keluarga di Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Bekasi, masih terus diselidiki oleh pihak kepolisian. Polisi masih mencari pelaku dan motif di balik kasus tersebut.

Seorang Psikologi Forensik Reza Indragiri yang turut mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) mengatakan, dugaan bahwa pelaku menyimpan dendam terhadap korban bisa jadi benar adanya. Melihat dari banyaknya jumlah korban yang terdiri atas suami, istri, dan dua orang anak-anak.

"Dari pandangan saya, karena korban lebih dari satu dan meninggal dunia dalam kondisi sedemikian rupa, mudah bagi kita berspekulasi pelaku datang ke rumah korban dengan membawa sepikul dendam dan gendongan berupa amarah yang sebegitu berat, lalu dia 'muntahkan' habis-habisan di sini," ujarnya, Rabu (14/11).

Namun, lanjutnya, berdasarkan informasi yang ia dapatkan dari kepolisian, Reza membagi korban dalam dua kelompok, yakni korban dewasa dan korban anak-anak. Sebab, keempat korban dibunuh dengan cara yang berbeda. Korban dewasa dibunuh dengan senjata tajam, sedangkan korban anak-anak dengan cara dibekap pernapasannya hingga kehabisan oksigen.

Menurut Reza, hal itu mengindikasikan bahwa ternyata anggapan pelaku adalah orang yang emosional dan memiliki amarah yang meluap-luap justru terpatahkan. "Karena terbukti di TKP, dia (pelaku) pilih korbannya, dia pilah cara menghabisinya. Itu kan menunjukkan bahwa pada derajat tertentu, ada kontrol diri, ada kendali emosi yang cukup baik yang pelaku peragakan di sini terhadap korbannya," tegas Reza.

Reza yang juga menjadi staf pengajar di Diklat Mahkamah Agung (MA) ini menyebutkan, dugaan motif kasus ini tidak terkait ekonomi karena barang berharga milik korban masih utuh di dalam rumah perlu diselidiki lebih lanjut. Sebab, menurutnya, barang berharga tidak hanya berada di dalam rumah. Tetapi, bisa juga berupa kebun atau tanah, asuransi, dan baranbg berharga lainnya yang justru tidak disimpan korban di dalam rumah dan ingin diambil oleh pelaku.

"Dengan demikian, kesimpulan untuk mengatakan ini bukan merupakan kejahatan dengan motif ekonomi dikarenakan tidak ada benda yang hilang, menurut saya, perlu dicek lagi. Karena bisa jadi, ini merupakan kejahatan dengan motif ekonomi, namun barang berharga yang diambil memang tidak berada di dalam rumah, tapi berada di tempat lain," tutupnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement