REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Fraksi Hanura DPR RI, Inas N Zubir menyindir cara kampanye calon wakil presiden (cawapres) Sandiaga Uno yang hanya sekedar bicara soal emak-emak. Inas mengatakan dikala calon presiden (capres) Joko Widodo telah berupaya mensejahterakan ibu-ibu.
Inas mengatakan, kondisi ibu-ibu prasejahtera mendapat perhatian khusus dari presiden ketika Jokowi memulai memimpin pemerintahan Indonesia. Salah satu BUMN, yang bertugas mengurusi usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK), yakni PT. "Permodalan Nasional Madani(PNM) diperintahkan menyertakan modal agar ibu-ibu prasejahtera mendapatkan program UMKMK," ujarnya, Rabu (14/11).
PT. Permodalan Nasional Madani adalah BUMN yang didirikan pada tahun 1999, awalnya mengemban tugas khusus memberdayakan UMKMK hingga kini hasilnya dapat dinikmati oleh lebih dari satu juta kepala keluarga dan 1.500 lembaga keuangan mikro di seluruh penjuru tanah air, kemudian dikenal dengan kelompok Ulam.
"Sejak tahun 2015, PNM mulai menggelontorkan program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera yang disingkat menjadi sebutan Mekaar, dimana program ini sangat spesifik karena nasabahnya adalah perempuan," terangnya.
Ia mengatakan proses untuk menjadi nasabah mekaar di PT. PNM tidaklah rumit. Cukup dengan mengumpulkan ibu-ibu pra sejahtera sejumlah kurang lebih 30 orang di lingkungan RW didalam radius dua kilometer dimana penghasilan keluarga-nya hanya sekitar 800 ribu rupiah per bulan.
Kelompok ini kemudian menghubungi PT. PNM agar mengirim Account Officer program Mekaar untuk mendapatkan bantuan program pembiayaan sebesar Rp 2 juta per keluarga pra sejahtera tanpa jaminan untuk membiayai usaha produktif seperti menjual berbagai minuman, jual pulsa, jual bunga tabur, jual aneka gorengan dan sebagainya.
"Program Jokowi melalui PT. PNM, adalah program yang selain pembiayaan juga mengajak ibu-ibu prasejahtera," terang Inas.
Program ini, menurutnya, telah merubah perilaku untuk peningkatan kerukunan, kekeluargaan, gotong royong. Selain itu ibu-ibu dibudayakan menabung dan komit menyisihkan pendapatan untuk mengembalikan pinjaman seminggu sekali.
Sepanjang tahun 2015 ketika program mekaar ini mulai diluncurkan, jumlah nasabah hanya 400 ribu. Hingga hari ini, ia mengungkapkan jumlah nasabah mekaar telah mencapai 3.6 juta orang. Ditargetkan pada semester 1 tahun 2019 akan mencapai 4 juta nasabah.
"Semua itu dilakukan secara senyap tanpa pencitraan demi mengangkat harkat dan martabat ibu-ibu prasejahtera agar dapat mandiri, dan program ini digerakan tanpa gembar gembor atau ngoceh kesana kemari," tuturnya.